Tuesday, June 2, 2015

PERANG BADAR

    PERANG BADAR

Selama tigabelas tahun berada di Makkah, umat Islam tidak diperkenankan untuk melawan walaupun mereka telah dianiaya dan diusir dari tempat tinggal mereka sendiri. Setelah Nabi Muhammad SAW hijrah dari Makkah ke Madinah, beliau mengadakan hubungan dengan Non-Muslim dalam bentuk perjanjian-perjanjian dan beliau juga meletakkan dasar-dasar Khilafah Islamiyah.

Peperangan Badar merupakan perang pertama dalam sejarah Islam, dimana lawan berjumlah tiga kali lebih banyak daripada orang-orang mukmin. Pasukan Muslim pada waktu itu berjumlah 313 orang, 70 ekor onta, 2 ekor kuda, dan 8 bilah pedang. Pada waktu itu Nabi Muhammad SAW berbagi onta dengan Abu Lubaba RA, dan Ali bin Abi Thalib RA pun berbagi tunggangan sebagaimana umat Muslim yang lain. Adapun pihak lawan, terdiri atas 1000 pasukan bersenjata lengkap, 700 ekor onta, dan 100 ekor kuda.

Marilah kita membahas beberapa peristiwa yang terjadi sebelum, selama, dan setelah pertempuran, untuk memetik berbagai pelajaran dari perang ini.
Sebelum pertempuran, Nabi Muhammad SAW dalam keadaan sangat khawatir dan karenanya beliau berdo’a memohon pertolongan Allah SWT, karena jika kaum Muslim terkalahkan maka akan sangat beratlah bagi Muslim yang tersisa untuk mengemban tugas dari Allah SWT. Kesedihan ini tergambarkan dalam Firman Allah SWT, Surat Al-Anfal Ayat 9, 10.

Ketika kamu memohon pertolongan kepada Rabb (Tuhan)-mu, lalu dikabulkan-Nya bagimu, “Sesungguhnya Aku (Allah SWT) akan mendatangkan bantuan kepadamu seribu malaikat yang datang bersambungan.” Dan tidaklah hal itu dijadikan oleh Allah untukmu kecuali sebagai berita gembira dan untuk menenteramkan hatimu. Dan tiada lain kemenangan itu kecuali datang dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha bijaksana.

Allah SWT menyatakan bahwa bantuan berupa pasukan malaikat itu adalah untuk memberikan bukti lahiriah yang menenteramkan hati orang-orang beriman. Tetapi selanjutnya Allah SWT menegaskan, janganlah menganggap bahwa kemenangan itu karena pertolongan malaikat. Karena sesungguhnya kemenangan dan pertolongan itu datangnya dari Allah SWT semata, yang telah berkenan mengirimkan pasukan malaikat tersebut.
Para malaikat itu diperintah oleh Allah SWT untuk melakukan apa saja seperti Firman-Nya dalam Surat Al-Anfal Ayat 12:

Ketika Allah mewahyukan kepada para malaikat, “Sesungguhnya Aku beserta kamu sekalian, maka teguhkanlah (hati) orang-orang beriman. Akan Aku timpakan kedalam hati orang-orang kafir rasa ketakutan. Maka tebaslah leher mereka dan juga jari-jemari mereka.

Dari Ayat ini kita memperoleh pengetahuan bahwa para malikat itu tidak hanya menguatkan hati dan meneguhkan pendirian orang-orang mukmin, melainkan juga berperan aktif secara fisik dalam pertempuran. Abu Dawud Mazani dan Suhail bin Hanif meriwayatkan bahwa, “Ketika kami baru mengarahkan pedang kami kepada lawan, leher mereka telah terpenggal sebelum pedang kami menyentuh mereka.” Adalah kenyataan bahwa para malaikat itupun melaksanakan tugas bertempur. Ayat 50 dari Surat Al-Anfal menguraikan lebih jauh bagaimana kiprah para malaikat di medan pertempuran itu:

Dan Jika saja kamu dapat menyaksikan ketika para malaikat itu mencabut jiwa orang-orang kafir itu, dihantamnya wajah-wajah mereka dan punggung-punggung mereka seraya berkata, “Rasakanlah olehmu siksaan api yang membakar.”

Ayat ini menerangkan, bahwa ketika para malaikat memisahkan jiwa orang-orang kafir itu dari tubuh mereka, mereka pun disiksa dengan pukulan cambuk besi yang panas membara ke wajah dan punggung mereka. Allah SWT menjelaskan lebih lanjut dalam ayat selanjutnya (Al-Anfaal Ayat 51);

Demikian itu terjadi akibat perbuatanmu sendiri, Dan sungguh Allah tak sekali-kali hendak menganiaya hamba-hamba-Nya.
Juga diterangkan didalam Surat Al-Anfaal Ayat 14,

Rasakanlah kini olehmu siksa ini, dan sungguh bagi orang-orang kafir kelak (di akhirat ada lagi) siksa api neraka.

Maka kita dapatkan kesimpulan disini, bahwa pada waktu ‘Sakaratul-maut’ (saat manusia meregang nyawa) adalah saat yang teramat sangat menyusahkan bagi orang-orang yang tidak beriman, mereka mendapat siksa karena perbuatan mereka menentang Allah SWT dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa menentang Allah SWT dan Rasulullah SAW, maka Allah akan menimpakan siksa yang teramat pedih kepadanya.

Pada waktu itu, banyak lagi mukjizat lain yang terjadi sebelum berlangsungnya pertempuran. Misalnya, Nabi Muhammad SAW memperoleh gambaran melalui mimpi-mimpi, sebagaimana terdapat dalam Surat Al-Anfal Ayat 43 dimana Allah SWT berfirman:

Ketika Allah memperlihatkan kepadamu didalam mimpimu bahwa mereka (musuhmu) itu berjumlah sedikit. Dan sekiranya mereka diperlihatkan kepadamu berjumlah banyak tentulah kamu menjadi gentar dan akan terjadi perdebatan diantara kamu sekalian dalam urusan ini. Namun Allah menyelamatkanmu dari hal sedemikian. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui isi-hatimu.

Walaupun musuh berjumlah lebih besar, Allah SWT memperlihatkan kepada Nabi Muhammad SAW bahwa musuh berjumlah kecil dalam mimpi beliau. Karena jika Allah SWT memperlihatkan jumlah yang besar maka tentulah Nabi SAW berbagi informasi dengan para sahabat, dan hal ini akan menimbulkan perbedaan pendapat diantara mereka. Ketidak-sepahaman, kapanpun dan dimanapun mempunyai akibat buruk. Ketidak-sepahaman di medan pertempuran adalah yang paling mengakibatkan kekacauan. Maka Allah SWT menyelamatkan orang-orang mukmin dari kekacauan itu dengan mukjizat-Nya melalui mimpi Rasulullah SAW.

Mukjizat yang lain terjadi ketika pertempuran berlangsung, sebagaimana dikisahkan dalam firman Allah SWT didalam kitab suci Al-Qur’an, Surat Al-Anfaal ayat 44.

Dan didalam pertempuran, nampak bagi kamu (orang-orang mukmin) bahwa mereka berjumlah sedikit, begitu juga mereka (orang-orang kafir) melihatmu berjumlah sedikit. Demikian itu agar Allah dapat menyelesaikan urusan yang harus dituntaskan-Nya. Sesungguhnya, kepada Allah sajalah kembalinya segala urusan.

Orang-orang beriman telah mengalami mukjizat di medan pertempuran. Dalam penglihatan mereka musuh berjumlah sedikit, hal inilah yang membuat mereka memiliki keberanian. Bagaimanapun, kebijaksanaan Allah SWT memperlihatkan yang sedemikian juga jumlah orang-orang mukmin dimata orang-orang kafir adalah agar orang-orang kafir bergegas memasuki medan laga sehingga dapat merasakan siksa Allah SWT.

Peristiwa menarik lainnya selama terjadinya pertempuran adalah kehadiran Syeitan dalam wujud Surakah bin Malik, pemimpin Banu Bakr, bergabung dengan pasukan kafir. Syeitan menjadikan perbuatan jahat orang-orang kafir tampak wajar bagi diri mereka, dan mengobarkan semangat tempur orang-orang kafir dengan perkataan yang dijelaskan AllahSWT didalam Surat Al-Anfal Ayat 48,

Dan syeitan menjadikan mereka memandang baik perbuatan mereka, dan mengatakan: “Tak seorang manusiapun yang bisa menang melawan kalian pada hari ini, dan akulah pelindung kalian.” Ketika pasukan kedua belah pihak sudah saling berhadap-hadapan, syeitan berbalik arah melarikan diri seraya berkata, “Sesungguhnya aku berlepas diri dari kalian, aku melihat (pasukan malaikat) apa yang tidak bisa kalian lihat. Sesungguhnya aku takut kepada Allah. Dan Allah sangat keras siksanya.”

Kaum Muslim memenangkan pertempuran itu, namun Allah SWT menerangkan bahwa itu semua perbuatan Allah SWT, sebagaimana firman-Nya dalam bagian awal Surat Al-Anfal Ayat 17:

Maka, (yang sebenarnya) bukanlah kamu yang membunuh mereka, adalah Allah yang membunuh mereka, sesungguhnya bukanlah kamu yang melempar ketika kamu melempar, adalah Allah yang melempar mereka.

Disini Allah SWT menegaskan kepada Rasulullah SAW dan para sahabat bahwa, mereka tidak boleh menganggap kemenangan itu adalah hasil perjuangan mereka. Kemenangan itu berasal dari Allah SWT.

Kita juga diingatkan oleh Allah SWT bahwa ketika Rasulullah SAW meraup debu dan kerikil kemudian dilemparkan kearah lawan, dan berubah menjadi badai debu yang mengenai mata orang-orang kafir, sehingga mereka berlarian menghindar. Berubahnya segenggam debu menjadi badai debu ini adalah karena pertolongan Allah SWT, maka dari itu keseluruhan penaklukan pasukan kafir itu adalah berkat pertolongan Allah SWT semata.

Menjelang berakhirnya perang, pasukan Muslim terbagi dalam tiga kelompok. Satu kelompok mengejar pasukan kafir yang melarikan diri agar tidak kembali lagi. Kelompok ke-dua mulai mengumpulkan sisa-sisa perang yang berserakan di arena pertempuran, mereka ini muslim yang miskin dan begitu gembira mendapatkan aneka barang milik musuh yang kaya yang ditinggalkan di medan pertempuran. Adapun kelompok ke-tiga berdiri mengelilingi Nabi Muhammad SAW, berjaga-jaga jika saja ada seorang musuh yang menyelinap hendak mencelakai Rasulullah SAW. Ketika tiga kelompok ini berkumpul lagi di malam hari, timbul permasalahan diantara mereka perihal pembagian harta sisa perang. Kelompok pengumpul menganggap itu adalah hak mereka mengingat merekalah yang memungut harta-benda itu langsung dari arena pertempuran.

Kelompok yang lain berpendapat bahwa sudah selayaknya mereka mendapat bagian mengingat merekalah yang memungkinkan adanya kesempatan kelompok lain mengumpulkan harta-benda yang ditinggalkan musuh, sementara mereka mengejar-ngejar musuh yang berlarian menyelamatkan diri. Kelompok ke-tiga mengatakan bahwa merekapun berhak atas pembagian harta itu karena mereka telah melakukan hal terpenting, yakni melindungi Nabi Muhammad SAW. Sebagaimana diriwayatkan oleh Ubadah bin Samit RA, bahwa ini adalah persoalan serius sehingga diantara mereka mulai bertingkah tidak lagi saling menghargai satu sama lain. Sejauh itu belum ada perintah perihal pembagian harta sisa ini. Pada umat-umat terdahulu, mereka dilarang memanfaatkan harta sisa perang. Biasanya mereka menyusun harta itu membentuk tiang sehingga jika petir menyambar dan membakar tumpukan harta-benda itu, itulah pertanda bahwa perjuangan (jihad) mereka diterima.

Allah SWT mewahyukan perintah pembagian harta sisa perang itu secara terperinci kepada Nabi Muhammad SAW. Ini terdapat didalam Surat Al-Anfal. Segera setelah para sahabat hadir untuk mengetahui isi petunjuk Allah SWT ini, perbedaan pendapat diantara mereka pun sirna. Harta itu dibagikan kepada semua yang berpartisipasi dalam pertempuran sesuai dengan petunjuk Allah SWT. Hal ini merupakan kemurahan Allah SWT sebagai hadiah untuk umat Nabi Muhammad SAW, berupa kenikmatan dan penghargaan kepada mereka dengan dijinkan-Nya memanfaatkan harta-benda yang tersisa dari peperangan. Peristiwa ini juga mengajarkan kepada kita bagaimana para sahabat Rasulullah SAW pada waktu itu bersatu-padu penuh semangat dalam mengikuti petunjuk dari Allah SWT.

Menurut seorang ahli sejarah non-muslim, Perang Badar adalah perang yang sangat penting dalam sejarah kehidupan manusia, karena berdampak jangka panjang terhadap sejarah kemanusiaan.
Sampai disini, kita telah banyak melihat kembali mukjizat-mujizat yang terjadi selama terjadinya perang Badar, dan bagaimana pertolongan Allah SWT datang kepada orang-orang yang teguh keimanannya. Seorang penyair Urdu menuliskan dengan sangat indah mengenai kekagumannya terhadap perang Badar,
“ Jika kamu (bisa) menghadirkan lagi suasana Badar, para malaikat masih bisa berdatangan baris demi baris untuk memberikan pertolongan bagimu.”

Saya berdo’a semoga Allah SWT menolong kita untuk mengikuti jejak Nabi Muhammad SAW dan para sahabat beliau, dan semoga kita dianugerahi-Nya keberhasilan sebagaimana yang telah dianugerahkan-Nya kepada para mujahid Perang Badar. Amiin.

---------------------------------------------------------------------------------
PERINGATAN MENDESAK!
Kesalahan-kesalahan yang sering terjadi ketika bersuci dengan air (Wudlu’):
1. Siku masih kering (belum terbasuh air)
2. Pergelangan kaki masih kering (tidak terbasuh air)
3. Ingatlah bahwa tanpa wudlu’ yang sempurna maka shalat tidak sah.
Kesalahan-kesalahan yang sering terjadi didalam shalat:
1. Duduk diantara dua sujud hendaklah sempurna (harus ada jeda waktu)
2. Ketika sujud, jangan mengangkat telapak kaki walau sejenak. Begitu pula hidung harus menyentuh lantai selama sujud.
3. Untuk Lelaki, sewaktu sujud siku harus tidak menempel di lantai.
4. Jangan bergerak mendahului Imam.
5. Berdirilah setegak mungkin pada waktu i’tidal (berdiri setelah ruku’).
6. Jangan berlari sewaktu akan bergabung dalam shalat berjama’ah. Print Friendly and PDF

Artikel Terkait

0 komentar:

Post a Comment

berilah kritik dan saran anda