"KARTASURA BERSHOLAWAT" BERSAMA HABIB SYEKH ASSEGAF. JUM'AT, 24 JULI 2015 | 19.00 WIB. TEMPAT: LAPANGAN GUNUNG KUNCI KARTASURA SUKOHARJO.
"SHOLLU 'ALAN NABI MUHAMMAD" .
Jadwal Habib Syech bulan Juli 2015 terbaru dan Update
Jadwal Habib Syech - Jadwal Habib Syech bulan Juli 2015 terbaru dan Update.
Jadwal Sholawat bersama Habib Syech Bin Abdul Qodir Assegaf kembali diupdate , kini hadir dari jadwal beliau dibulan Juli 2015 , dimana ditengah bulan puasa kali ini beliau masih aktif keluar markas nya di Bustanul Asyiqin kabarnya akan singgah menghadiri undangan di bulan Juli 2015 , berikut daftar jadwal sholawat Habib Syech di bulan juli 2015 meskipun belum lengkap :
- Klaten Bersholawat : Tanggal 2 Juli 2015 pukul 16.00 wib -Maghrib di Perempatan Batur Ceper klaten , acara Dzikir Sholawat Buka bareng .
Saudara Hilmi yang dirahmati Allah swt
Salah satu karunia Allah swt kepada kaum muslimin di malam-malam
terakhir bulan Ramadhan adalah diadakannya Lailatul Qodr, suatu malam
yang nilainya lebih baik daripada seribu bulan, di malam ini pula
ketetapan seorang hamba baik kehidupan, rezeki dan keberkahannya
dituliskan oleh Allah swt hingga setahun berikutnya, malam yang
seluruhnya adalah kebaikan dan diliputi oleh rahmat Allah swt.
Artinya : “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada
malam kemuliaan. dan tahukah kamu Apakah malam kemuliaan itu? malam
kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun
malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk
mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) Kesejahteraan sampai terbit
fajar.” (QS. Al Qodr : 1 – 5)
Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,”Sesungguhnya para
malaikat pada malam itu lebih banyak turun ke bumi daripada jumlah
pepasiran.” (HR. Ibnu Khuzaimah, yang sanadnya dihasankan oleh al
Albani)
Karena itu kebiasan Rasulullah saw dan para sahabatnya adalah
menghidupkan sepuluh malam terakhir dari Ramadhan dengan beritikaf,
memperbanyak ibadah kepada Allah swt dan menjauhkan diri mereka dari
berbagai kebisingan dan tarikan-tarikan duniawi demi menggapai kebaikan
dan keberkahan didalamnya dan untuk bisa meraih Lailatul Qodr yang
disediakan Allah swt.
Imam muslim meriwayatkan dari Aisyah berkata; “Pada sepuluh terakhir
bulan Ramadlan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lebih giat
beribadah melebihi hari-hari selainnya.”
Syeikh Hani Hilmi menyebutkan beberapa amalan yang dilakukan pada sepuluh malam terakhir dari Ramadhan, diantaranya : 1. Tidak tidur di malam-malam yang sepuluh itu
Sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menghidupkan malam-malam yang sepuluh ini dengan melakukan shalat tahajjud. 2. Membantu keluarga untuk beramal shaleh
Didalam hadits Abu Dzar bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
melaksanakan shalat malam bersama mereka (kaum muslimin) pada malam 23
dan 25. Disebutkan bahwa beliau shallallahu ‘alaihi wasallam mengajak
keluarga dan istri-istrinya pada malam 27 secara khusus. Hal ini
menunjukkan kesungguhan beliau membangunkan mereka di hari-hari ganjil
yang diharapkan terjadi didalamnya Lailatul Qodr
Sofyan Tsauriy mengatakan,”Aku menginginkan jika telah masuk sepuluh
hari terakhir melaksanakan shalat malam dan bertahajjud didalam serta
membangunkan keluarga dan anakna untuk melaksanakan shalat jika mereka
sanggup melaksanakannya.” 3. Memperbanyak doa di malam-malam itu
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan Ummul Mukminin Aisyah
untuk berdoa di malam-malam itu. Aisyah berkata; “Wahai Rasulullah, apa
pendapatmu jika aku ketepatan mendapatkan malam lailatul Qodar, apa
yang harus aku ucapkan?”, beliau menjawab: “Ucapkanlah; ALLAHUMMA INNAKA
‘AFUWWUN TUHIBBUL ‘AFWA FA’FU ANNA” (ya Allah, sesungguhnya Engkau maha
pema’af mencintai kema’afan, maka ma’afkanlah daku).” (HR. Ibnu Majah,
yang dishahihkan oleh Al Albani)
Sofyan Tsauriy berkata,”Berdoa di malam itu lebih aku sukai daripada
melaksanakan shalat. Dan jika dia membaca maka dia berdoa dan berharap
kepada Allah didalam doanya yang barangkali Dia swt menyetujui
permintaannya. Memperbanyak doa lebih utama daripada melaksanakan shalat
yang tidak diperbanyak doa didalamnya namun jika dia membaca lalu
berdoa maka itu baik.” 4. Mensucikan yang lahir dan batin
Para salafusshaleh dahulu menganjurkan untuk mandi di setiap malam
dari malam-malam yang sepuluh akhir Ramadhan. diantara mereka ada yang
mandi dan menggunakan wangi-wangian di malam-malam yang diharapkan
terjadinya Lailatul Qodr didalamnya. Tidak sepatutnya bagi seorang yang
bermunajat kepada Sang Penguasa (Allah swt) didalam khalwatnya kecuali
dia telah menghiasi keadaan lahir dan batinnya. 5. Malamnya seperti siangnya yang tidak melalaikannya
Sebagian para salafusshaleh berpendapat bahwa kesungguhan di (malam)
Lailatul Qodr adalah juga seperti kesungguhan di siang harinya dengan
senantiasa bersungguh-sungguh dalam beramal shaleh.
Imam Syafi’i berkata,”Dianjurkan agar kesungguhnyanya di siang hari
seperti kesungguhannya di malamnya.” Hal ini menunjukkan anjuran
bersungguh-sungguh di setiap waktu dari sepuluh malam terakhir baik di
siang maupun malam harinya. 6. Diantara ibadah yang paling mulia yang mendekatkan dirinya
kepada Allah swt pada waktu ini adalah tabattul (Fokus dalam beribadah
kepada Allah)
Artinya : ‘Sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadatlah kepada-Nya dengan
penuh konsentrasi. (Dia-lah) Tuhan masyrik dan maghrib, tiada Tuhan
(yang berhak disembah) melainkan Dia, Maka ambillah Dia sebagai
Pelindung.” (QS. Al Muzammil 8 – 9), artinya mengosongkan hatinya hanya
untuk-Nya, meninggalkan debat, obrolan, ikhtilath yang tercela,
mematikan HP, berbagai kesibukan dan hendaklah anda menyendiri dan
berhias dengan munajat kepada Tuhanmu, berzikir dan berdoa kepada-Nya. 7. Mensensitifkan hati
Cermatilah senantiasa niatmu karena niat seseorang lebih baik daripada amalnya, maka introspeksilah. 8. Renungkanlah bahwa kedudukanmu adalah sesuai dengan kadar kesungguhanmu
Janganlah kamu tinggalkan satu pintu dari kebaikan kecuali kamu
mengetuknya, sesungguhnya variatif didalam amal-amal ketaatan adalah
obat dari kejenuhan seseorang. 9. Hendaklah kamu bersungguh-sungguh dan berlelah-lelah dengan disertai kesabaran… 10. Menyedikitkan Perkataan
Saya menyarankan agar menyedikitkan perkataan-perkataan di saat siang
dan malam, hendaklah memperhatikan perkara-perkara ini, hendaklah diam
(tidak berbicara) karena sesungguhnya siapa yang diam maka selamat. 11. Ingatlah bahwa ini adalah zaman berkompetisi maka janganlah engkau ridho dengan kegagalan.
Salah seorang dari mereka mengatakan,”…. Orang-orang telah sukses
dengan ampunan, rahmat, pembebasan, pelipatgandaan amal-amal mereka dan
mengharapkan surga sedangkan engkau tetap di tempatmu dengan terbelenggu
oleh berbagai kesalahan.” Tidak dan tidak mungkin engkau rela, karena
itu bersungguh-sungguhlah selalu dengan izin Allah. 12. Berbaik sangka kepada Allah
Jika kamu kehilangan sesuatu maka bangunlah dan berusahalah
barangkali kamu akan mendapati penggantinya. Sesungguhnya Dia swt
menahan pemberian bagi orang buruk sangka terhadap Allah swt. seandainya
kamu berbaik sangka terhadap Allah maka amalmu akan semakin baik karena
kamu akan mencintai-Nya dengan kecintaan yang dalam. Wahai Allah kami
meminta cinta-Mu dan cinta orang-orang yang mencintai-Mu serta cinta
setiap amal perbuatan yang mendekatkan kami ke surgamu.” 13. Jadikan ibadahmu dalam keadaan sepi yang tidak dilihat kecuali oleh Allah
sesungguhnya hal itu dapat mengantarkannya menuju ikhlas. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,”Shalat sunnah seseorang yang
tidak dilihat orang lain sama dengan shalat yang disaksikan orang lain
dua puluh lima (kali).” 14. Gabungkan antara kuantitas dan kualitas…
Mujahid rahimahullah mengatakan, “(Keutamaan) Lailatul Qadr lebih baik daripada keutamaan seribu bulan yang di dalamnya tidak terdapat Lailatul Qadr.” Perkataan serupa diucapkan oleh Qatadah, Asy Syafi’i dan selainnya.
Pada malam yang mulia ini, para malaikat
akan lebih banyak turun ke dunia dikarenakan melimpahnya berkah pada
malam tersebut, karena malaikat akan turun seiring turunnya berkah,
yaitu keselamatan (yang ditebarkan) hingga terbitnya fajar, seluruh
kebaikan terkandung dalam malam tersebut, tidak ada keburukan hingga
terbitnya fajar. Pada malam ini, segala urusan yang penuh hikmah
dirinci, maksudnya segala kejadian selama setahun ke depan ditentukan
dengan izin Allah yang Maha Kuasa dan Maha Bijaksana. Penentuan takdir
pada malam tersebut adalah penentuan takdir tahunan, adapun penentuan
takdir secara umum yang tercantum dalam Lauhul Mahfuzh, maka hal
tersebut telah tercatat sejak 50.000 tahun sebelum langit dan bumi
diciptakan sebagaimana yang tertera dalam sebuah hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Sepatutnya seorang muslim bersemangat
dalam menelusuri suatu malam yang memiliki kedudukan seperti ini, agar
mendapatkan keberuntungan dengan pahala yang terdapat pada malam
tersebut, mendulang kebaikannya, memperoleh ganjarannya, dan merengkuh
berkahnya. Orang yang merugi adalah mereka yang tidak mendapatkan pahala
pada malam tersebut. Barang siapa yang melewatkan momen-momen kebaikan,
hari-hari tersebarnya keberkahan dan karunia, sedangkan dirinya
senantiasa bergelimang dalam dosa dan kesesatan serta asyik dalam
kedurhakaan, karena dirinya telah dibinasakan oleh kelalaian dan
penyimpangan, kesesatan telah menghalanginya (dari pintu kebaikan), maka
betapa besar kerugian dan penyesalan yang menimpanya. Seorang yang
tidak bersemangat dalam mencari keuntungan pada malam yang mulia ini,
kapankah dirinya akan bersemangat lagi? Seorang yang tidak bertaubat
kepada Allah pada malam yang mulia ini, kapankah dia akan bertaubat? Dan
seorang yang senantiasa malas dalam melakukan kebaikan di malam ini,
maka kapan lagi dirinya akan beramal?
Sesungguhnya bersemangat dalam mencari
malam yang penuh berkah ini, serta beribadah dan berdoa di dalamnya
merupakan ciri orang pilihan dan mereka yang berbakti kepada Allah.
Bahkan dalam malam tersebut mereka berdoa dengan penuh kesungguhan
kepada Allah Dia memberikan ampunan dan perlindungan bagi mereka, karena
segala sesuatu yang akan terjadi pada diri seseorang selama setahun ke
depan ditetapkan pada malam tersebut. Di malam inilah mereka berdoa dan
memohon kepada Allah, dan mereka bersungguh-sungguh (dalam berbuat
kebajikan) selama setahun ke depan penuh, hanya kepada Allah semata
mereka memohon pertolongan dan taufik.
Tirmidzi, Ibnu Majah dan selainnya meriwayatkan dari Ummul Mukminin ‘Aisyah radliallahu ‘anha, beliau berkata,
قلت يا رسول الله أرأيت إن علمت أي ليلة ليلة القدر ما أقول فيها ؟ قال قولي اللهم إنك عفو كريم تحب العفو فاعف عني
Aku berkata kepada Rasulullah, “Wahai
Rasulullah, apabila aku mengetahui waktu malam Al Qadr, apakah yang
mesti aku ucapkan pada saat itu?” Beliau menjawab, “Katakanlah,
Allahumma innaka ‘afuwwun, tuhibbul ‘afwa, fa’fu’anni (Yaa Allah
sesungguhnya engkau Maha pemberi ampunan, suka memberi pengampunan, maka
ampunilah diriku ini).” (HR. Tirmidzi nomor 3513, Ibnu Majah nomor 3850 dan dishahihkan oleh Al Albani rahimahullah dalam Shahih Ibnu Majah nomor 3105)
Doa Malam Lailatul Qodar
Imam At-Tirmidzi, Ibnu Majah dan yang
lainnya telah meriwayatkan dari Ummul mu’minin Aisyah beliau berkata :
aku bertanya wahai Rasulullah jika aku telah mengetahui kapan malam
lailatul qodar itu, maka apa yang aku katakan pada malam tersebut?
Beliau menjawab : katakanlah
“ya Allah sesungguhnya Engkau Maha pemaaf, engkau senang memaafkan kesalahan maka maafkanlah aku.”
Doa yang barokah ini sangat besar
maknanya dan mendalam penunjukannya, banyak manfaat dan pengaruhnya, dan
doa ini sangat sesuai dengan keberadaan malam lailatul qodar. Karena
sebagaimana disebutkan di atas malam lailatul qodar adalah malam
dijelaskan segala urusan dengan penuh hikmah dan ditentukan taqdir
amalan-amalan hamba selama setahun penuh hingga lailatul qodar
berikutnya. Maka barangsiapa yang dianugerahi pada malam tersebut al
‘afiyah ( kebaikan ) dan al’afwa ( dimaafkan kesalahan) oleh Robbnya
maka sungguh dia telah mendapat kemenangan dan keberuntungan serta
kesuksesan dengan sebesar-besarnya. Barangsiapa yang diberikan al afiyah
di dunia dan di akherat maka sungguh dia telah diberikan kebaikan
dengan seluruh bagian-bagiannya. Dan tidak ada yang sebanding dengan Al
‘afiyah tersebut.
Imam Al Bukhori telah meriwayatkan dalam
Adabul Mufrad, dan At Tirmidzi dalam As Sunan dari Al-Abbas bin Abdil
Muthollib beliau berkata : aku berkata wahai Rasululloh, ajarkan sesuatu
(doa) yang aku gunakan meminta kepada Alloh , Rasululloh menjawab :
mintalah kepada Alloh al ‘afiyah, maka pada suatu hari aku berdiam diri
kemudian aku datang lagi pada Rasululloh aku katakan : wahai Rasululloh
ajarkan kepadaku sesuatu yang aku gunakan meminta kepada Alloh, maka
beliau berkata kepadaku : “wahai Abbas, wahai pamannya rasullulloh
mintalah kepada Alloh al ‘afiyah didunia dan di akherat.”
Imam Bukhori meriwayatkan dalam Adabul
Mufrad, dan At Tirmidzi dalam As-Sunan dari Anas bin Malik bahwasannya
beliau berkata : telah datang kepada nabi seseorang yang berkata : wahai
Rasullulloh doa apa yang afdhol? Beliau menjawab: mintalah kepada Alloh
al ‘afwa wal ‘afiyah ( ampunan dan kebaikan ) didunia dan akherat.
Kemudian orang tersebut datang di hari besoknya sembari berkata : wahai
nabiyulloh doa apa yang afdhol? Beliau menjawab : mintalah kepada Alloh
al ‘afwa wal ‘afiyah ( ampunan dan kebaikan ) didunia dan akherat, maka
apabila kamu di beri al ‘afiyah di dunia dan akherat berarti sungguh
kamu telah mendapat kemenangan.”
Imam Bukhori meriwayatkan dalam Adabul
Mufrad dari Ausath bin Ismail beliau berkata : aku telah mendengar Abu
Bakar Ash Shiddiq berkata setelah meninggalnya Rasullulloh : ” Nabi
pernah berdiri pada tahun pertama di tempat berdiriku ini kemudian Abu
Bakar menangis lalu berkata : wajib bagi kalian untuk jujur, karena dia
bersama dengan kebaikan, dan keduanya berada di surga. Dan tinggalkan
dusta karena dia bersama dengan kejahatan yang keduanya di neraka.
Mintalah kepada Alloh al-mu’afah (saling memberi maaf), karena tidak ada
yang datang setelah al yakin yang lebih baik dari pada al-mu’afah.
Janganlah kalian saling memutus hubungan, dan jangan saling
membelakangi, saling hasad, saling membenci, dan jadilah kalian
hamba-hamba Alloh yang bersaudara.
Untuk ini sesungguhnya termasuk kabaikan
bagi seorang muslim untuk memperbanyak doa yang barokah ini disetiap
waktu dan dimanapun terlebih dimalam lailatul qodar yang akan dijelaskan
segala urusan dengan penuh hikmah dan ditentukan taqdir dan hendaknya
seorang muslim mengetahui bahwasannya Alloh Maha mengampuni lagi Maha
mulia lagi Maha pemurah yang senang memberi maaf.
“Dan dialah yang menerima Taubat dari
hamba-hamba-Nya dan memaafkan kesalahan-kesalahan dan mengetahui apa
yang kamu kerjakan,” (As Syura : 25)
Dan Alloh senantiasa terus dan tiada
henti hentinya dikenal sebagai dzat yang suka memaafkan
kesalahan-kesalahan dan disifati dengan pemberi ampunan. Setiap orang
sangat membutuhkan kepada pemberian maaf-Nya dan ampunan-Nya. Janganlah
seorang merasa tidak butuh dari keduanya. Sebagaimana dia senantiasa
membutuhkan rahmat serta kasih sayang-Nya. Maka kita memohon kepada-Nya
untuk memasukkkan kita kepada golongan yang dia maafkan dan menjadikan
kita termasuk golongan yang dirahmatinya. Dan agar kita diberikan
kemudahan dan kemampuan untuk mentaatinya. Semoga Alloh berikan petunjuk
kita kepada jalan yang lurus. (Amin Yaa Rabbal ‘alamin Wal Hamdulillah
‘ala kulli ni’matihi.Pent).
(dikutip dari kitab Fiqhul Ad’iyyah wal adzkar karya Syaikh Abdurrazzaq
bin Abdil Muhsin Al-Badr. Hal 265 – 269. Alih Bahasa : Al Ustadz M.
Rifai.)
Amalan di Malam Lailatul Qodar Menurut Ajaran Rasulullah SAW
biasanya Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersungguh-sungguh dalam ibadah seperti
shalat, membaca (Al-Qur’an) dan berdoa dalam sepuluh malam akhir di
bulan Ramadan melebihi ibadahnya di malam selain Ramadan.
Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Aisyah
radhiallahu’anhasesungguhnya Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Biasanya Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam ketika memasuki sepuluh
(malam terakhir) menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya
serta mengencangkan kainnya (semangat beribadah dan menghindari
isterinya).” Diriwayatkan pula oleh Ahmad dan Muslim: “Beliau
bersungguh-sungguh (ibadah) pada sepuluh malam akhir melebihi
kesungguhannya pada selain Ramadan.”
Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan untuk menunaikan qiyam pada Lailatul Qadar dengan penuh keimanan dan penuh pengharapan.
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu dari Nabi sallallahu ‘alaihi
wa sallam sesungguhnya beliau bersabda: “Barangsiapa yang berdiri
(menunaikan shalat) pada malam Lailatul Qadar dengan iman dan harap
(pahala), maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (Muttafaq
‘alaihi)
Hadits ini menunjukkan dianjurkannya menghidupkan Lailatul Qadar dengan qiyam
Perbanyak doa seperti
doa yang diamalkan diantara doa yang paling utama yang diucapkan pada
Lailatul Qadar adalah apa yang Nabi sallalahu ‘alaihi wa sallam ajarkan
kepada Aisyah radhiallahu ‘anha. Diriwayatkan oleh Tirmizi dari
Aisyahradhiallahu’anha berkata, “Aku berkata, wahai Rasulullah!
Bagaimana pendapat anda kalau sekiranya saya melihat Lailatul Qadar. Apa
yang saya ucapkan di dalamnya adalah doa yang telah kami share di awal
paragraf tadi.
adapun mengkhususkan suatu malam di
bulan Ramadan sebagai Lailatul Qadar, hal ini memerlukan dalil yang
menkhususkan malam tersebut, bukan malam lain. Akan tetapi pada malam ganjil di sepuluh malam terakhir lebih besar kemungkinan dibandingkan malam lainnya, dan malam dua puluh tujuh lebih besar kemungkinannya sebagai malam Lailatul Qadar. Sebagaimana hal itu ditunjukkan oleh hadits yang telah kami sebutkan
Perbuatan BID’AH tidak dibolehkan, baik
di bulan Ramadan maupun selain Ramadan. Bid’ah adalah amalan-amalan
yang tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW dan sahabat-sahabat
beliau golongan pertama. Selain sia-sia, amalan tersebut malah menimbulkan dosa besar!
Terdapat riwayat shahih dari Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallamsesunggunya beliau bersabda: “Barangsiapa membuat perkara baru dalam urusan kami (agama) ini yang tidak ada (tuntunan) darinya, maka ia tertolak.”
Apa yang dilakukan pada sebagian malam Ramadan dengan
perayaan-perayaan, kami tidak mengetahui asalnya. Dan sebaik-baik
petunjuk adalah petunjuk Nabi Muhammad sallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan
seburuk-buruk urusan adalah yang baru (dalam agama).
Nuzulul Qur'an yang secara harfiah berarti turunnya Al Qur'an (kitab suci agama Islam) adalah istilah yang merujuk kepada peristiwa penting penurunan wahyu Allah pertama kepada nabi dan rasul terakhir agama Islam yakni Nabi Muhammad Sallalahu Allaihi Wassalam.
Wahyu pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad adalah surat Al Alaq ayat 1-5 yang bila diterjemahkan menjadi :
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah,
Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam
Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya
Saat wahyu ini diturunkan Nabi Muhammad Sallalahu Allaihi Wassalam sedang berada di Gua Hira, ketika tiba-tiba MalaikatJibril
datang menyampaikan wahyu tersebut. Adapun mengenai waktu atau tanggal
tepatnya kejadian tersebut, terdapat perbedaan pendapat di antara para
ulama, sebagian menyakini peristiwa tersebut terjadi pada bulan Rabiul Awal pada tanggal 8 atau 18 (tanggal 18 berdasarkan riwayat Ibnu Umar), sebagian lainnya pada bulan Rajab pada tanggal 17 atau 27 menurut riwayat Abu Hurairah, dan lainnya adalah pada bulan Ramadhan pada tanggal 17 (Al-Bara' bin Azib) ,21 (Syekh Al-Mubarakfuriy) dan 24 (Aisyah, Jabir dan Watsilah bin Asqo' ) [1]
Sistematika Penyampaian Al-Quran kepada Nabi Muhammad Sallalahu Allaihi Wassalam
Sistimatika turunnya Al-qur'an kepada Nabi Muhammad Sallalahu Allaihi Wassalam dengan cara:
Malaikat Jibril langsung memasukkan wahyu itu ke dalam hatinya.
Dalam hal ini Nabi Sallalahu Allaihi Wassalam tidak melihat apapun,
hanya dia merasa ayat tersebut sudah berada di dalam kalbunya. Mengenai
hal ini Nabi mengatakan “Ruhul kudus (istilah lain untuk malaikat
Jibril) mewahyukan kedalam kalbuku” [lihat surat (42) Asy Suura:51]
Malaikat menampakkan dirinya kepda Nabi Sallalahu Allaihi Wassalam
berupa seorang laki-laki yang mengucapkan kata-kata kepadanya sehingga
dia mengetahui dan hafal kata-kata itu.
Wahyu datang kepada Nabi Sallalahu Allaihi Wassalam secara tiba-tiba
seperti gemerincing lonceng. Cara inilah yang amat berat dirasakan oleh
Nabi Sallalahu Allaihi Wassalam. Kadang-kadang pada keningnya
berpencaran keringat, meskipun turunya wahyu tersebut saat cuaca yang
sangat dingin. Kadang- kadang unta dia terpaksa berhenti dan duduk
karena merasa amat berat, bila wahyu tersebut turun ketika dia sedang
naik unta. Cara seperti ini seperti dalam kisah di atas.
Peringatan Nuzulul Qur'an
Sebagian muslim, memperingati waktu terjadinya peristiwa tersebut secara khusus. Di Indonesia setiap tanggal 17 Ramadhan,
biasanya dilakukan ceramah atau pengajian khusus bertemakan Nuzulul
Qur'an. Dilihat dari pada bulan yang disuruh kita berpuasa sebulan penuh
maka turunnya Al Quran terjadi pada bulan ramadhan. Dan dilihat dari
pada 10 hari terakhir pada bulan ramadhan turunnya lailatul qadar maka
tentunya turunnya al quran terjadi pada 10 malam terakhir pada bulan
ramadhan dan diikuti pada bulan2 selanjutnya. Dan menurut menurut musnad
Imam Ahmad, turunnya Al-Qur'an pada tanggal 24 Ramadhan, namun masih
ada perbedaan pendapat antara ulama. namun yang paling masyhur adalah
tanggal 17 Ramadhan.
Ayat terakhir yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Sallahu Allaihi Wassalam
Diriwayatkan bahwa surah Al-Maidah ayat 3 diturunkan pada waktu sesudah ashar yaitu pada hari Jum'at di Padang Arafah pada musim haji terakhir [Wada].
Pada masa itu Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. berada di Arafah
di atas unta. Ketika ayat ini turun Rasulullah Sallalahu Allaihi
Wassalam. tidak begitu jelas menangkap isi dan makna yang terkandung
dalam ayat tersebut. Kemudian Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam.
bersandar pada unta dia, dan unta dia pun duduk perlahan-lahan.*
Setelah itu turun malaikat Jibril a.s. dan berkata: “Wahai Muhammad,
sesungguhnya pada hari ini telah disempurnakan urusan agamamu, maka
terputuslah apa yang diperintahkan oleh Allah Azza wa Jalla.dan demikian
juga apa yang terlarang olehnya. Karena itu kamu kumpulkan para
sahabatmu dan beritahu kepada mereka bahwa hari ini adalah hari terakhir
aku bertemu denganmu.”
Setelah itu Malaikat Jibril a.s. pergi, maka Rasulullah Sallalahu
Allaihi Wassalam. pun berangkat ke Mekah dan terus pergi ke
Madinah.Setelah Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. mengumpulkan para
sahabat dia, maka Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. pun
menceritakan apa yang telah diberitahu oleh malaikat Jibril a.s. Ketika
para sahabat mendengar hal yang demikian maka mereka pun gembira sambil
berkata: “Agama kita telah sempurna. Agama kila telah sempuna.”
Namun ketika Abu Bakar Radiyallahu Anha. mendengar keterangan
Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. itu, maka ia tidak dapat menahan
kesedihannya maka ia pun kembali ke rumah lalu mengunci pintu dan
menangis dengan kuat. Abu Bakar ra. menangis dari pagi hingga malam.
Kisah tentang Abu Bakar Radiyallahu Anha. menangis telah sampai
kepada para sahabat yang lain, maka berkumpullah para sahabat di hadapan
rumah Abu Bakar Radiyallahu Anha. dan mereka berkata: “Wahai Abu Bakar,
apakah yang telah membuat kamu menangis sehingga begini sekali
keadaanmu? Seharusnya kamu berasa gembira sebab agama kita telah
sempurna.” Mendengarkan pertanyaan dari para sahabat maka Abu Bakar
Radiyallahu Anha. pun berkata: “Wahai para sahabatku, kalian semua tidak
tahu tentang musibah yang menimpa kamu, tidakkah kalian tahu bahawa
apabila sesuatu perkara itu telah sempurna menunjukkan bahwa perpisahan
kita dengan Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam telah dekat. Hasan dan
Husin menjadi yatim dan para isteri nabi menjadi janda.”
Setelah mereka mendengar penjelasan dari Abu Bakar Radiyallahu Anha.
maka sadarlah mereka akan kebenaran kata-kata Abu Bakar Radiyallahu
Anha., lalu mereka menangis. Tangisan mereka telah didengar oleh para
sahabat yang lain, maka mereka pun terus beritahu Rasulullah Sallalahu
Allaihi Wassalam. tentang apa yang mereka lihat itu. Berkata salah
seorang dari para sahabat: “Ya Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam.,
kami baru kembali dari rumah Abu Bakar Radiyallahu Anha. dan kami
mendapati banyak orang menangis dengan suara yang kuat di hadapan rumah
dia.” Ketika Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. mendengar keterangan
dari para sahabat, maka berubahlah muka Rasulullah Sallalahu Allaihi
Wassalam. dan dengan bergegas dia menuju ke rumah Abu Bakar Radiyallahu
Anha..
Sesampainya Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. di rumah Abu Bakar
Radiyallahu Anha., maka Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. melihat
para sahabatnya sedang menangis dan bertanya: “Wahai para sahabatku,
mengapa kamu semua menangis?.” Kemudian Ali Radiyallahu Anha. berkata:
“Ya Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam., Abu Bakar Radiyallahu Anha.
mengatakan dengan turunnya ayat ini membawa tanda bahwa waktu wafatmu
telah dekat. Benarkah ini ya Rasulullah?.” Lalu Rasulullah Sallalahu
Allaihi Wassalam. berkata: “Semua yang dikatakan oleh Abu Bakar
Radiyallahu Anha. adalah benar, dan sesungguhnya masa untuk aku
meninggalkan kamu semua telah hampir dekat.”
Abu Bakar Radiyallahu Anha. mendengar pengakuan Rasulullah Sallalahu
Allaihi Wassalam., maka ia pun menangis sekuat tenaganya sehingga ia
jatuh pingsan, sementara Ali Radiyallahu Anha. pula gemetar seluruh
tubuhnya. Dan para sahabat yang lain menangis dengan sekuat-kuatnya yang
mereka mampu..
Pada saat sudah dekat ajal Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam.,
dia menyuruh Bilal azan untuk mengerjakan shalat, lalu berkumpul para
Muhajirin dan Anshar di masjid Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam..
Kemudian Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. menunaikan shalat dua
raka’at bersama semua yang hadir. Setelah selesai mengerjakan shalat dia
bangun dan naik ke atas mimbar dan berkata:
“Alhamdulillah, wahai para muslimin, sesungguhnya saya adalah
seorang nabi yang diutus dan mengajak orang kepada jalan Allah dengan
izinnya. Dan saya ini adalah sebagai saudara kandung kalian, yang kasih
sayang pada kalian semua seperti seorang ayah. Oleh karena itu kalau ada
yang mempunyai hak untuk menuntutku, maka hendaklah ia bangun dan
balaslah saya sebelum saya dituntut di hari kiamat.”
Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. berkata demikian sebanyak 3
kali kemudian bangunlah seorang lelaki yang bernama ‘Ukasyah bin Muhshan
dan berkata:
“Demi ayahku dan ibuku ya Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam,
kalau anda tidak mengumumkan kepada kami berkali-kali sudah tentu saya
tidak mau melakukan hal ini.”
Lalu ‘Ukasyah berkata lagi: “Sesungguhnya dalam Perang Badar saya bersamamu ya Rasulullah,
pada masa itu saya mengikuti unta anda dari belakang, setelah dekat saya
pun turun menghampiri anda dengan tujuan supaya saya dapat mencium paha
anda, tetapi anda telah mengambil tongkat dan memukul unta anda untuk
berjalan cepat, yang mana pada masa itu saya pun anda pukul pada tulang
rusuk saya. Oleh itu saya ingin tahu sama anda sengaja memukul saya atau
hendak memukul unta tersebut.”
Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. berkata: “Wahai ‘Ukasyah, Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. sengaja memukul kamu.”
[Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam melakukan pemukulan tersebut
karena dia tidak ingin dikultuskan oleh manusia termasuk sahabatnya itu.
pen] Kemudian Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. berkata kepada
Bilal Radiyallahu Anha.: “Wahai Bilal, kamu pergi ke rumah Fatimah dan ambilkan tongkatku ke mari.” Bilal keluar dari masjid menuju ke rumah Fatimah sambil meletakkan tangannya di atas kepala dengan berkata: “Rasulullah telah menyediakan dirinya untuk dibalas [diqishash].”
Setelah Bilal sampai di rumah Fatimah maka Bilal pun memberi salam
dan mengetuk pintu. Kemudian Fatimah Radiyallahu Anha. menyahut dengan
berkata: “Siapakah di pintu?.” Lalu Bilal Radiyallahu Anha. berkata: “Saya Bilal, saya telah diperintahkan oleh Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. untuk mengambil tongkat dia.” Kemudian Fatimah Radiyallahu Anha. berkata: “Wahai Bilal, untuk apa ayahku minta tongkatnya.” Berkata Bilal Radiyallahu Anha.: “Wahai Fatimah, Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. telah menyediakan dirinya untuk diqishash.” Bertanya Fatimah. Radiyallahu Anha. lagi: “Wahai Bilal, siapakah manusia yang sampai hatinya untuk menqishash Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam.?.”
Bilal Radiyallahu Anha. tidak menjawab pertanyaan Fatimah Radiyallahu
Anha., segeralah Fatimah Radiyallahu Anha. memberikan tongkat tersebut,
maka Bilal pun membawa tongkat itu kepada Rasulullah Sallalahu Allaihi
Wassalam.
Setelah Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. menerima tongkat
tersebut dari Bilal Radiyallahu Anha. maka dia pun menyerahkan kepada
‘Ukasyah. Bilal masuk sambil membawa cambuk dan memberikannya kepada
Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. Setelah itu, Bilal kembali ke
tempat duduknya sambil menatap tajam Ukasyah bin Muhsin. Namun, yang
ditatap tetap tampak tenang dan tetap bergeming oleh kegelisahan di
sekelilingnya. Orang seperti apakah Ukasyah ini? Bagaimana ia bisa
sampai hati menuntut Rasul Sallalahu Allaihi Wassalam. untuk menerima
cambukannya? Bukankah Ukasyah juga tahu bahwa dia Sallalahu Allaihi
Wassalam. tidak sengaja? Bukankah Ukasyah juga tahu bahwa memaafkan itu
jauh lebih mulia? Bukankah Ukasyah juga melihat bahwa Rasulullah
Sallalahu Allaihi Wassalam. saat itu sudah berusia enam puluh tiga
tahun? Bukankah keimanan Ukasyah kepada Allah dan Rasul-Nya sebagai
pejuang Badar sudah tidak diragukan lagi? Kenapa bisa begini ya,
Ukasyah? Kenapa? dipenuhi pikiran seperti itu, para sahabat Anshar dan
Muhajirin menatap bolak-balik antara Rasulullah Sallalahu Allaihi
Wassalam. dan Ukasyah dengan perasaan tegang. Ketegangan itu berubah
menjadi keheningan yang mencekam ketika Rasulullah Sallalahu Allaihi
Wassalam. memberikan cambuknya kepada Ukasyah. Begitu tangan Ukasyah bin
Muhsin meraih cambuk dan menguraikannya dengan tenang dan perlahan, Abu
Bakar Ash-Shiddiq dan Umar bin Khattab berdiri serempak. Sorot mata
keduanya yang biasa tenang kini menyala seperti sedang berhadapan dengan
musuh di medan tempur. Mereka berdua berkata, “Hai Ukasyah! Kami
sekarang berada di hadapanmu! Pukul dan qisaslah kami berdua sepuasmu
dan jangan sekali-kali engkau pukul Rasulullah Sallalahu Allaihi
Wassalam.!” Suasana jadi mencekam sejenak karena Ukasyah tampak
tidak mempedulikan mereka. Sementara Abu Bakar dan Umar tetap berdiri
menantang. Namun, dengan lembut, Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam.
berkata kepada kedua sahabat terkasihnya itu, “Duduklah kalian berdua. Allah telah mengetahui kedudukan kalian.”
Hanya karena Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam yang berkatalah,
maka Abu Bakar dan Umar duduk. Namun, mata mereka tetap menatap Ukasyah.
Tiba-tiba, seseorang kemudian berdiri pula dan kembali menatap Ukasyah
dengan pandangan menantang. Orang ini juga sangat dikasihi Rasulullah
Sallalahu Allaihi Wassalam, lelaki gagah itu adalah Ali bin Abi Thalib
yang langsung berkata, “Hai Ukasyah! Aku ini sekarang masih hidup di
hadapan Nabi Sallalahu Allaihi Wassalam. Aku tidak sampai hati melihat
kalau engkau akan mengambil kesempatan qisas memukul Rasulullah. Inilah
punggungku, maka qisaslah aku dengan tanganmu dan deralah aku semaumu
dengan tangan engkau sendiri!” Namun, Ukasyah seolah tidak mendengar
apa yang dikatakan Ali Radiyallahu Anha. Tangannya terlihat semakin
erat menggenggam cambuk. Setelah Ali berkata begitu, Rasulullah
Sallalahu Allaihi Wassalam. cepat-cepat menukasnya dan meminta Ali
kembali duduk, “Allah Azza wa Jalla. telah tahu kedudukanmu dan niatmu,
wahai Ali!” Setelah itu cucu Rasulullah Hasan dan Husin bangun dengan
berkata: “Wahai ‘Ukasyah, bukankah kamu tidak tahu bahwa kami ini
adalah cucu Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam., kalau kamu
menqishash kami sama dengan kamu menqishash Rasulullah Sallalahu Allaihi
Wassalam.” Mendengar kata-kata cucunya Rasulullah Sallalahu Allaihi
Wassalam. pun berkata: “Wahai buah hatiku, duduklah kalian berdua.”
Berkata Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. “Wahai ‘Ukasyah pukullah
saya kalau kamu hendak memukul.” Kemudian ‘Ukasyah berkata: “Ya Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam., anda telah memukul saya sewaktu saya tidak memakai baju.”
Maka Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. pun membuka baju,
terlihatlah kulit baginda yang putih dan halus maka menangislah semua
yang hadir.
seketika ‘Ukasyah melihat tubuh badan Rasulullah Sallalahu Allaihi
Wassalam. maka ia pun memeluk dia dan berkata; “Saya tebus anda dengan
jiwa saya, ya Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. siapakah yang
sanggup memukul anda. Saya melakukan begini karena saya hendak menyentuh
badan anda yang dimuliakan oleh Allah Azza wa Jalla dengan badan saya.
Dan Allah Azza wa Jalla. menjaga saya dari neraka dengan kehormatanmu.”
Kemudian Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. berkata: “Dengarlah kamu
sekalian, sekiranya kamu hendak melihat ahli syurga, inilah orangnya.”
Kemudian semua para jemaah bersalam-salaman atas kegembiraan mereka
terhadap peristiwa yang sangat genting itu. Setelah itu para jemaah pun
berkata: “Wahai ‘Ukasyah, inilah keuntungan yang paling besar bagimu,
engkau telah memperolehi derajat yang tinggi dan bertemankan Rasulullah
Sallalahu Allaihi Wassalam. di dalam syurga.”
Ketika ajal Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam hampir dekat maka
dia pun memanggil para sahabat ke rumah Siti Aisyah Radiyallahu Anha.
dan dia berkata: “Selamat datang kamu semua semoga Allah Azza wa Jalla.
mengasihi kamu semua, saya berwasiat kepada kamu semua agar kamu semua
bertaqwa kepada Allah Azza wa Jalla. dan mentaati segala perintahnya.
Sesungguhnya hari perpisahan antara saya dengan kamu semua hampir dekat,
dan dekat pula saat kembalinya seorang hamba kepada Allah Azza wa Jalla
dan menempatkannya di syurga. Kalau telah sampai ajalku maka hendaklah
Ali yang memandikanku, Fadhl bin Abas hendaklah menuangkan air dan
Usamah bin Zaid hendaklah menolong keduanya. Setelah itu kamu kafanilah
aku dengan pakaianku sendiri apabila kamu semua menghendaki, atau
kafanilah aku dengan kain yaman yang putih. Apabila kamu memandikan aku,
maka hendaklah kamu letakkan aku di atas balai tempat tidurku dalam
rumahku ini. Setelah itu kamu semua keluarlah sebentar meninggalkan aku.
Pertama yang akan menshalatkan aku ialah Allah Azza wa Jalla [bahasa
kiasan. pen], kemudian yang akan menshalati aku ialah Jibril a.s,
kemudian diikuti oleh malaikat Israfil, malaikat Mikail, dan yang
terakhir malaikat lzrail berserta dengan semua para pembantunya.Setelah
itu baru kamu semua masuk bersama-sama mensholati aku.”
Manakala para sahabat mendengar ucapan yang sungguh menyayat hati itu
maka mereka pun menangis dengan nada yang keras dan berkata: “Ya
Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. anda adalah seorang Rasul yang
diutus kepada kami dan untuk semua, yang mana selama ini anda memberi
kekuatan dalam memimpin kami dan sebagai Rasul yang meluruskan perkara
kami. Apabila anda sudah tiada nanti kepada siapakah yang akan kami
tanya setiap persoalan yang timbul nanti?.” Kemudian Rasulullah
Sallalahu Allaihi Wassalam. berkata: “Dengarlah para sahabatku, aku
tinggalkan kepada kamu semua jalan yang benar dan jalan yang terang, dan
telah aku tinggalkan kepada kamu semua dua penasehat yang satu pandai
bicara dan yang satu diam. Yang pandai bicara itu ialah Al-Quran dan
yang diam itu ialah maut. Apabila ada sesuatu persoalan yang rumit di
antara kamu, maka hendaklah kamu semua kembali kepada Al-Quran dan
Hadis-ku dan apabila hati kamu keras maka lembutkan dia dengan mengambil
pelajaran dari mati.”
Setelah Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. berkata demikian, maka
sakit Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. berawal. Dalam bulan safar
Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. sakit selama 18 hari dan sering
dikunjungi oleh para sahabat. Menurut riwayat bahwa Rasulullah Sallalahu
Allaihi Wassalam. diutus pada hari Senin dan wafat pada hari Senin.
Pada hari Senin penyakit Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam.
bertambah berat, setelah Bilal Radiyallahu Anha. selesaikan azan subuh,
maka Bilal Radiyallahu Anha. pun pergi ke rumah Rasulullah Sallalahu
Allaihi Wassalam.. Sesampainya Bilal Radiyallahu Anha. di rumah
Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. maka Bilal Radiyallahu Anha. pun
memberi salam: “Assalaarnualaika ya rasulullah.” Lalu dijawab oleh
Fatimah Radiyallahu Anha.: “Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. masih
sibuk dengan urusan dia.” Setelah Bilal Radiyallahu Anha. mendengar
penjelasan dari Fatimah Radiyallahu Anha. maka Bilal Radiyallahu Anha.
pun kembali ke masjid tanpa memahami kata-kata Fatimah Radiyallahu Anha.
itu.
Ketika waktu subuh datang, lalu Bilal pergi sekali lagi ke rumah
Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. dan memberi salam seperti
permulaan tadi, kali ini salam Bilal Radiyallahu Anha. telah di dengar
oleh Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. dan baginda berkata;
“Masuklah wahai bilal, sesungguhnya penyakitku ini semakin berat, oleh
itu kamu suruhlah Abu Bakar menjadi imam shalat subuh berjamaah dengan
mereka yang hadir.” Setelah mendengar kata-kata Rasulullah Sallalahu
Allaihi Wassalam. maka Bilal Radiyallahu Anha. pun berjalan menuju ke
masjid sambil meletakkan tangan di atas kepala dengan berkata: “Aduh
musibah.” Sesampai di masjid maka Bilal Radiyallahu Anha. pun
memberitahu Abu Bakar tentang apa yang telah Rasulullah Sallalahu
Allaihi Wassalam. katakan kepadanya.
Abu Bakar Radiyallahu Anha. tidak dapat menahan dirinya apabila ia
melihat mimbar kosong maka dengan suara yang keras Abu Bakar Radiyallahu
Anha. menangis sehingga ia jatuh pengsan. Melihat peristiwa ini maka
riuh rendah dalam masjid, sehingga Rasulullah Sallalahu Allaihi
Wassalam. bertanya kepada Fatimah Radiyallahu Anha.; “Wahai Fatimah
apakah yang telah terjadi?.” Maka Fatimah Radiyallahu Anha. pun berkata:
“Kekacauan kaum muslimin, sebab anda tidak pergi ke masjid.” Kemudian
Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. memanggil Ali Radiyallahu Anha.
dan Fadhl bin Abas, lalu Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam.
bersandar kepada keduanya untuk pergi ke masjid. Setelah Rasulullah
Sallalahu Allaihi Wassalam. sampai di masjid maka dia pun bershalat
subuh bersama dengan para jamaah.
Setelah selesai shalat subuh maka Rasulullah Sallalahu Allaihi
Wassalam. pun berkata: “Wahai kaum muslimin, kamu semua sentiasa dalam
pertolongan dan pemeliharaan Allah, karena itu hendaklah kamu semua
bertaqwa kepada Allah Azza wa Jalla. dan mengerjakan segala perintahnya.
Sesungguhnya aku akan meninggalkan dunia ini dan kamu semua, dan hari
ini adalah hari pertama aku di akhirat dan hari terakhir aku di dunia.”
Setelah berkala demikian maka Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam.
pun pulang ke rumah dia. Bunda Aisyah memandang Rasulullah Sallalahu
Allaihi Wassalam. dengan penuh sayang. Biasanya, hati Bunda Aisyah
dipenuhi kekaguman akan kegagahan suaminya tercinta itu. Sekarang, hati
Bunda Aisyah dipenuhi rasa iba melihat suaminya itu dalam keadaan lemah
dan sakit. Ingin rasanya Bunda Aisyah mencurahkan segala apa yang ada
dalam dirinya untuk mengembalikan tenaga dan hidup suaminya. Namun,
setelah kembali dari masjid, Rasulullah merasa bahwa setiap saat, badan
dia menjadi bertambah lemah. Hari itu tanggal 8 Juni tahun 632 M. Dia
meminta sebuah bejana berisi air dingin. Kemudian, meletakkan tangan dia
ke dalam air itu dan mengusapkan air ke wajahnya. Ada seorang laki-laki
anggota keluarga Abu Bakar yang berkunjung dan membawa siwak. Dia
Sallalahu Allaihi Wassalam. memandang siwak itu demikian rupa yang
menunjukkan bahwa dia ingin bersiwak. Maka, Bunda Aisyah melunakkan
ujung siwak itu dengan giginya, dan Rasulullah Sallalahu Allaihi
Wassalam. pun menggosok dan membersihkan gigi dia [Ini yang di maksud
dalam Hadits bahwa ludah Bunda Aisyah bertemu dengan ludah Rasulullah
Sallalahu Allaihi Wassalam]. Kemudian Allah Azza wa Jalla. mewahyukan
kepada malaikat lzrail: “Wahai lzrail, pergilah kamu kepada kekasihku
dengan sebaik-baik rupa, dan apabila kamu hendak mencabut rohnya maka
hendaklah kamu melakukan dengan cara yang paling lembut. Apabila kamu
pergi ke rumahnya maka minta izinlah terlebih dahulu, kalau ia izinkan
kamu masuk, maka masuklah kamu ke rumahnya dan kalau ia tidak izinkan
kamu masuk maka hendaklah kamu kembali padaku.”
sesudah malaikat lzrail mendapat perintah dari Allah Azza wa Jalla.
maka malaikal lzrail pun turun dengan menyerupai orang Arab Badui.
Setelah malaikat lzrail sampai di depan rumah Rasulullah Sallalahu
Allaihi Wassalam. maka ia pun memberi salam,Tiba-tiba dari luar pintu
terdengar suara orang berseru mengucapkan salam,”Bolehkah aku
masuk?”Tanya si tetamu itu, ketika puteri Rasulullah,Fatimah az-zahra
membuka pintu.
Tapi Fatimah tidak mengizinkannya.”maafkanlah,ayahku sedang deman”
kata Fatimah.Pintu di tutup dan dia kembali menemani ayahnya yang sedang
berbaring di pembaringan. Kemudian malaikat lzrail mengulangi lagi
salamnya, dan kali ini seruan malaikat itu telah didengar oleh
Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam
Rasululullah memandang puterinya itu dan bertanya,”siapakah itu wahai anakku?”
“Tak tahulah ayah,baru sekali ini saya melihatnya.” tutur Fatimah
lembut.Lalu,Rasulullah menatap wajah puterinya itu dengan padangan yang
menggetarkan.Renungannya cukup sayu seolah-olah bahagian demi bahagian
wajah putrinya itu hendak dikenang. Bertanda bahwa dia akan segera
berpisah dengan putri kesayanganya itu.
“Ketahuilah anakku bahwa dialah yang mehapuskan kenikmatan sementara
dialah yang memisahkan pertemuan di dunia.Dialah malaikat maut.”
Kata-kata Rasulullah menyebabkan Fatimah ditimpa kesedihan yang amat
sangat.
Ketika Rasullullah Sallalahu Allaihi Wassalam. mendengar tangisan
Fatimah Radiyallahu Anha. maka dia pun berkata: “Janganlah kamu menangis
wahai anakku, engkaulah orang yang pertama dalam keluargaku akan
bertemu denganku.” Fatimah-pun tersenyum. Kemudian Rasulullah Sallalahu
Allaihi Wassalam. pun menjemput malaikat lzrail masuk. Maka malaikat
lzrail pun masuk dengan mengucap: “Assalamuaalaikum ya Rasulullah.” Lalu
Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. menjawab: “Wa alaikas saalamu,
wahai lzrail engkau datang mengunjungiku atau untuk mencabut rohku?”
Maka berkata malaikat lzrail: “Kedatangan saya adalah untuk
mengunjungimu dan untuk mencabut rohmu, itupun kalau anda izinkan, kalau
anda tidak izinkan maka aku akan kembali.” Berkata Rasulullah Sallalahu
Allaihi Wassalam.: “Wahai lzrail, di manakah kamu tinggalkan Jibril?”
Berkata lzrail: “Saya tinggalkan Jibril di langit dunia, semua para
malaikat sedang memuliakan dia.” [Malaikat Jibril adalah salah satu
malaikat yang memiliki kedudukan paling utama].”Bolehkah aku minta
Jibril untuk turun?” Kata Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam pada
Izrail.
Tidak beberapa saat kemudian Jibril a.s. pun turun dan duduk dekat
kepala Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. Melihat kedatangan Jibril
a.s. maka Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. pun berkata: “Wahai
Jibril, tahukah engkau bahwa ajalku sudah dekat” Berkata Jibril a.s.:
“Ya aku memang tahu.” Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. bertanya
lagi: “Wahai Jibril, beritahu kepadaku kemuliaan yang menggembirakan aku
disisi Allah Azza wa Jalla.” Berkata Jibril a.s.: “Sesungguhnya semua
pintu langit telah dibuka, para malaikat bersusun rapi menanti rohmu
dilangit. Semua pintu-pintu syurga telah dibuka, dan Semua bidadari
sudah berhias menanti kehadiran rohmu.”
Berkata Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam.: “Alhamdulillah, Namun
sesungguhnya, bukan itu yang kutanyakan. wahai Jibril, gembirakanlah
aku dengan keadaan umatku pada hari Kiamat nanti.” [Inilah orang yang
begitu mulia. Pada saat ajalnya telah menjelang dan diberi kabar gembira
tentang kehormatan yang akan diterimanya di langit, justru ia baru akan
bisa gembira jika telah mendengar kabar tentang nasib umatnya
nanti,betapa besarnya kasih sayang Rasulullah Sallalahu Allaihi
Wassalam. kepada kita] Kemudian Jibril berkata lembut menghibur dan
menenangkan, “Aku beri engkau kabar gembira bahwa Allah Azza wa Jalla.
telah berfirman, ‘Sesungguhnya, Aku telah mengharamkan surga bagi semua
Nabi sebelum engkau memasukinya terlebih dahulu. Allah mengharamkan pula
surga itu kepada sekalian umat manusia sebelum umatmu terlebih dahulu
memasukinya.” [Betapa ruginya manusia yang dilahirkan sebagai umat
Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam namun tidak taat pada risalahnya].
Maka, menarik napas legalah Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. Dia
bersabda, “Sekarang, barulah senang hatiku dan hilang susahku.”
Kemudian, Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. menoleh kepada Malaikat
Maut dan bersabda: “Wahai lzrail, dekatlah kamu kepadaku.”
Setelah itu Malaikat lzrail pun memulai tugasnya, ketika roh nya
sampai di dada, maka Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. pun berkata:
“Wahai Jibril, alangkah dahsyatnya rasa mati” Jibril a.s. memalingkan
pandangan dari Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. ketika mendengar
kata-kata dia itu. Melihat tingkah laku Jibril a.s tersebut .maka
Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. pun berkata: “Wahai Jibril,
apakah kamu tidak suka melihat wajahku?” Jibril a.s. berkata: “Wahai
kekasih Allah, siapakah yang sanggup melihat wajahmu dikala kamu dalam
sakaratul maut?”
Anas bin Malik Radiyallahu Anha. berkata: “Ketika roh Rasulullah
Sallalahu Allaihi Wassalam. telah sampai di dada dia telah bersabda:
“Aku wasiatkan kepada kamu agar kamu semua menjaga shalat dan apa-apa
yang telah diperintahkan ke atasmu.” Ali Radiyallahu Anha. berkata:
“Sesungguhnya Rasulullah Sallalahu Allaihi Wassalam. ketika menjelang
saat-saat terakhir, telah mengerakkan kedua bibir dia sebanyak dua kali,
dan saya meletakkan telinga, saya dengan Rasulullah Sallalahu Allaihi
Wassalam. berkata: “Umatku, umatku.”
Hikmah dari kisah : - Rasulullah adalah pemimpin yang bertanggung
jawab dan tidak dzolim sehingga dia merelakan tubuhnya untuk di qisash
(di hukum balas),karena dia takut pernah mendzolimi orang lain. -
Rasulullah adalah pemimpin yang sangat di cintai umat dan para
sahabatnya sehingga ketika mengetahui ajal Rasul sudah dekat menangislah
semua sahabat. - Rasulullah sangat mencintai kita sebagai umatnya
sehingga detik-detik terakhir menjelang wafat dia berkata ummati,ummati
sampai tiga kali,bukan keluarga dia ataupun Istri-istri dia. - Kematian
adalah peristiwa yang dahsyat,sampai-sampai malaikat maut dengan lembut
mencabut Roh baginda Rasulullah pun masih terasa sakit.