الدليل الصريح والقول الصحيح
في ثبوت 20 ركعة لصلاة التراويح
DALIL YANG JELAS DAN PENDAPAT YANG BENAR DALAM MENETAPKAN 20 RAKAAT DALAM SHALAT TARAWIH
Harap sebarkan semuga Allah anugerahi kita taufik, perhatian Topik ini Fahami serta sebarkan kepada Kaum Muslimin dan Muslimat
Di Rangkum oleh sebagian Penuntut ilmu Yang mulia
dikutip dari berbagai kitab-kitab Fiqh Yang muhaqqiq
dan perkataan Ulama Yang Rabbani.
SHALAT TARAWIH
Pendahuluan:
Segala Puji bagi Allah yang telah mencintakan shalat dan perbuatan ibadah kepada Hamba-hamba nya yang Bertaqwa, mencintakan Hati mereka untuk sibuk dengan Perbuatan taat kepada Dzat penguasa jagad, Alam semesta.
Shalawat serta salam semuga tetap terlimpahkan kepada orang yang paling baik Ruku’ dan Sujud nya, adalah Junjungan Nabi kita Muhammad Shallalahu alaihi wa sallam, Juga terhadap keluarga dan para sahabat-sahabat nya, Para Tabi’in, bagi mereka adalah kebaikan sampai kepada Hari kebangkitan, Amma Ba’du
Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ) البقرة
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa (QS : Al-baqarah 183)
Allah Berfirman:
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيَ أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِّنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَن شَهِدَ مِنكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ) البقرة 185
Bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu”.(SQ. Al-Baqarah: 185)
Baginda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
من قام رمضان إيماناً واحتساباً غفر له ما تقدم من ذنبه
Barangsiapa yang berdiri shalat pada bulan Ramadhan dengan penuh iman dan mengharap pahala maka akan diampuni dosa – dosanya yang telah lalu. Muttafaq alaih.
Kemudian Sabda baginda nabi lagi
إن الله فرض عليكم صيام رمضان وسنَنْتُ لكم قيامه فمن صامه وقامه إيماناً واحتساباً غُفر له ما تقدم من ذنبه " رواه أصحاب السنن
Sesungguhnya Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah mewajibkan puasa pada bulan Ramadhan kepada kalian, dan aku mensyariatkan agar mendirikan qiyam pada malam harinya (dengan shalat tarawih). Maka Barangsiapa yang berpuasa dan mendirikan qiyam pada malam harinya karena iman dan mengharap ridha Allah niscaya akan diampuni dosa-dosa nya yang telah lalu.
Ayat-ayat yang suci dan Hadist-hadist yang mulia telah menunjukkan betapa agung nya beribadah di bulan yang diberkahi ini, Syariat mendorong untuk memperbanyak melakukan perbuatan Ibadah di Bulan ini.
Shalat Tarawih adalah bagian dari Perbuatan Sunnah yang dikhususkan untuk dilaksanakan di bulan ini. Hal itu sebanding dengan menghidupkan malam bulan Ramadhan yang diberkahi, bahkan sebagian Ulama’ menamakan sebagai Qiyam (menghidupkan malam dengan shalat)
Telah dianggap Sohih, Daripada Sayyidina muhammad Shallallahu alaihi wa sallam, Bahwa beliau melaksanakan Shalat Tarawih dibeberapa malam, manakala beliau melihat Para sahabat semakin bertambah mengikuti beliau, Baginda Nabi berhenti keluar melaksanakan Shalat Tarawih, dan mengabarkan kepada Sahabat-sahabat nya bahwa tindakan nya tersebut adalah sebagai belas kasihan kepada ummat nya, dan Khawatir akan dianggap sebagai perbuatan yang difardhu kan, sehingga banyak dari ummat nya tidak mampu untuk menunaikan sehingga berakibat menyelisih dari Perintah Baginda Rasulullah Shallahu alaihi wa sallam.
Telah dianggap Shohih dengan riwayat-riwayat yang Mutawatir, bahwasanya Sayyidina Umar ibnu Khattab, mengumpulkan Ummat manusia untuk melaksanakan Shalat Tarawih, serta memerintahkan untuk di imamkan oleh Sayyidina Ubai bin Ka’ab, dan Beliau melaksanakan nya dengan 20 Rakaat, kemudian diwitirkan dengan 3 Rakaat, sebagaimana yang akan kami Jelaskan Nanti.
HUKUM DAN KEUTAMAAN SHALAT TARAWIH :
Berkata As-syeikh Muhammad Ali As-shobuni, Hafidzahullah ta’ala, di dalam Kitab “Al-Hudha An-nabawi” : Yang Shohih dalam melaksanakan shalat Tarawih, adalah dilaksanakan di malam -malam bulan Ramadhan, setelah melaksanakan shalat Isya’ dan sebelum melaksanakan Shalat witir. Dan itu merupakan Perbuatan sunnah yang dilaksanakan oleh baginda Nabi serta Mendorong kepada ummat nya untuk melaksanakan juga. Para sahabat dan tabi’in setelah sepeninggalan Baginda nabi melestarikan shalat tarawih ini, dan itu merupakan syi’ar dari Syi’ar-syi’ar Ramadhan yang di berkahi, ia mempunyai kemulyaan di dalam jiwa-jiwa kaum muslimin, serta mempunyai keagungan dan keutamaan di sisi Allah Penguasa alam semesta.
Dalam sebuah Hadist yang Shohih sebagaimana yang telah di Riwayatkan oleh Imam Al-bukhori, dari Baginda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam.
من قام رمضان إيماناً واحتساباً غفر له ما تقدم من ذنبه
Barangsiapa Yang menghidupkan dengan Shalat malam di bulan ramadhan, dengan keimanan serta keikhlasan, niscaya dosa-dosa nya yang telah lalu diampuni.
Makna daripada Hadist yang Mulia ini, adalah, orang yang menghidupkan malam-malam di Bulan Ramadhan dengan Shalat dan Dzikir, dan Tilawah Al-qur’an, disertai oleh keimanan kepada Allah, serta mengharap Pahala dari Allah, maka Dosa-dosanya yang telah Lalu diampuni, Yaitu dosa-dosa kecil, Adapun dosa-dosa besar maka Harus disertai oleh Taubat nashuha, sebagaimana yang telah banyak dijelaskan oleh para Ulama’ Fiqh
KETETAPAN SHALAT TARAWIH
Berkata As-syeikh As-shobuni Hafidzahullah ta’ala, dalam Kitab Al-huda An-nabawi As-shohih.
Orang pertama yang melaksanakan Shalat Tarawih Adalah Baginda Nabi sendiri, Shallallahu alaihi wa sallam.
Berkata Al-imam Ibnu Qudamahm dalam Kitab “Al-mugni” Shalat Tarawih adalah perbuatan Sunnah Mu’akkad, dan orang pertama kali yang melaksanakan nya Adalah Baginda Rasulullah Shallahu alaihi wa sallam.
(a) Berkata Abu Hurairah Radhiyallahu anhu : Adalah Baginda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, Suka menghidupkan malam Bulan ramadhan, Tanpa memerintahkan dengan perintah Yang mewajibkan, Baginda Nabi bersabda :
من قام رمضان إيمناً واحتساباً غفر له ما تقدم من ذنبة " رواه مسلم
Barangsiapa yang menghidupkan bulan Ramadhan dengan shalat, dengan keimanan dan ke ikhlasan niscaya diampuni dosa-dosa nya yang telah lalu (HR muslim).
(b) berkata Sayyidatuna Aisyah Radhiyallahu Anha : Suatu malam Baginda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam shalat di dalam masjid, kemudian di ikuti oleh bilangan Sahabat, kemudian di ikuti oleh qabilah, sehingga banyak Manusia yang mengikuti nya, dan pada malam ketiga atau malam keempat para sahabat mulai berkumpul untuk melaksanakan Shalat Tarawih. namun baginda Nabi tidak keluar menjumpai mereka, ketika Subuh Baginda nabi Bersabda : Aku telah melihat apa yang kalian perbuat, tidak ada yang menghalangiku keluar menemui kalian melainkan Aku khawatir Shalat Tarawih di Farduhkan keatas kalian, dan Kejadian tersebut adalah di bulan ramadhan. (HR Muslim).
(c) Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu katanya : “ Baginda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam keluar, kemudian Beliau jumpai orang-orang berkerumanan di bulan ramadhan di teras masjid, Baginda Nabi bertanya Siapa mereka? dijawab, mereka adalah orang-orang yang tidak mempunyai Al-qur’an. Dan Ubai bin ka’ab shalat bersama mereka, serta mereka shalat mengikuti shalat Ubai bin ka’ab, Baginda Nabi bersabda “ mereka benar, dan apa yang dilakukan adalah sebaik-baik nya perbuatan” . ( Hadist ini di riwayatkan oleh Abu daud,) dan berkata “ dalam Sanad nya terdapat Muslim bin khalid Al-makhzumi, dia adalah seorang Yang Dhaif. Berkata Imam Al-hafidz dalam Kitab Fathul Bari, dan yang terpercaya adalah Umar bin khattab Radhiyallahu anhu yang mengumpulkan orang shalat dibelakang Ubai bin ka’ab.
Shalat tarawih dinisbatkan kepada Sayyyidina Umar ibnu Khattab Radhiyallahu anhu, karena beliaulah yang mengumpulkan orang untuk melaksanakan shalat dibelakang Ubai bin Ka’ab, dan ubai bin ka’ab shalat bersama mereka.
Imam Bukhari telah meriwayatkan dari Abdurrahman Al-qari katanya : Aku keluar bersama Umar bin khattab di malam bulan Ramadhan, kami jumpai orang berpencar-pencar. - Shalat secara berkelompok-kelompok, mereka berpisah-pisah, dan shalat sendiri-sendiri. Ada seorang menjadi imam dari kelompok yang lain, akhirnya Sayyidina Umar berkata “ Aku berpendapat, seandainya aku kumpulkan mereka di belakang satu Imam, niscaya itu lebih utama dan lebih dekat kepada kebaikan, dan Umar ingin mengumpulkan mereka dibelakang Ubai bin ka’ab .
Abdurrahman bin qari berkata, malam berikutnya aku keluar, sedang orang-orang melaksanakan shalat dengan dipimpin oleh Imam nya. Lalu Umar bin Khattab berkata “ sebaik-baik perbuatan bid’ah adalah ini, orang yang shalat di akhir malam lebih baik, saat itu orang-orang melaksanakan shalat di awal malam, (HR Bukhori)
Dari hadist-hadist yang mulia di atas menjelaskan kepada kita dengan penjelasan yang terang benderang bahwa, orang pertama yang melaksanakan Shalat Tarawih adalah baginda Nabi Muhammad shallahu alaihi wa sallam. beliau melaksanakan Shalat tiga malam atau empat malam, kemudian beliau tidak keluar untuk melaksanakan nya, sebagai bentuk Rahmat kepada Ummat nya karena Baginda Nabi Shallahu alaihi wa sallam khawatir di Fardhuhkan ke atas Ummat nya.
Dan hal ini didukung oleh Hadist yang dikeluarkan oleh imam Al-bukhari : Bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam pernah keluar di tengah malam (bulan Ramadhan) kemudian beliau shalat malam di masjid, lalu shalatlah beberapa orang laki-laki mengikuti beliau. Maka orang-orang saling menceritakan kepada yang lainnya mengenai hal tersebut sehingga banyak dari mereka yang berkumpul. Pada malam yang kedua, Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam kembali keluar dan shalat bersama mereka dan orang-orang pun menyebutkan mengenai hal tersebut hingga pada malam yang ketiga jama’ah masjid semakin bertambah banyak dan Rasulullah keluar dan kembali shalat bersama mereka. Hingga pada malam keempat, masjid menjadi penuh oleh jama’ah namun Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam tidak keluar kepada mereka, seorang lelaki dari jama’ah tersebut berseru, “Shalat!” Akan tetapi beliau tidak juga keluar hingga beliau keluar untuk shalat Fajr. Ketika beliau usai shalat Fajr, beliau menemui mereka, kemudian mengucapkan syahadat, beliau bersabda, “Amma ba’d, sesungguhnya tidak ada kekhawatiran dalam diriku mengenai kalian semalam, akan tetapi aku mengkhawatirkan hal itu (shalat malam) akan diwajibkan atas kalian, maka kalian tidak mampu melaksanakannya.” (HR Bukhori)
Dalam riwayat yang lain, Baginda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam Wafat, sementara keadaan nya masih tetap demikian
KENAPA DI NAMAKAN SHALAT TARAWIH ?
Shalat Qiyam di bulan Ramadhan di namakan sebagai Shalat tarawih, sebab shalat nya Panjang mempunyai beberapa rakaat yang banyak, Orang-orang Yang shalat mengambil masa istirahat pada setiap sampai empat Rakaat kemudian dilanjutkan lagi dengan Shalat. oleh karena nya di namakan Shalat Tarawih.
Berkata ibnu mandzur di dalam Kitab Lisanul Arab :
Tarawih adalah kosa kata jama’ dari Kalimat tarwihah, adalah satu kali istirahat, dan istirahat di bulan ramadhan, dinamakan Shalat tarawih karena orang yang mengerjakan shalat, beristirahat pada setiap sampai empat Rakaat, kemudian ibnu mandzur berkata , Istirahat adalah lawan dari kata Lelah.
Dalam sebuah Hadist di sebutkan
أن النبي صلى الله عليه وسلم قال لبلال :" أرحنا بها يلا بلال" أي أذن للصلاة فنستريح بأدائها فكان يستريح بالصلاة لما فيها من مناجاة الله تعالى ، ولهذا قال :" وجُعِلَتْ قرة عيني في الصلاة ".
Wahai, Bilal. Kumandangkan iqamah shalat. Buatlah kami tenang dengannya. Baginda nabi Merasa tenang dengan shalat sebab di dalam shalat adalah bermunajat kepada Allah, oleh karena nya Beliau bersabda Dan dijadikan kebahagiaanku ada pada shalat.
oleh yang demikian, Shalat Tarawih adalah Shalat malam di bulan ramadhan, sebagaimana yang telah di tetapkan di dalam Hadist-hadist yang sohih sebagaimana yang telah kami tuturkan.
BILANGAN RAKAAT SHALAT TARAWIH
Berkata Imam Nawawi Rahimahullah di dalam Kitab Syarah Al-muhaddzab:
Shalat Tarawih merupakan sunnah Mu’akkadah sebagaimana yang telah ditunjukkan oleh Hadist-hadist yang Mulia di atas, adalah 20 Rakaat selain Shalat witir, dan menjadi 23 Rakaat dengan Witir nya, atas dasar itu, sunnah-sunnah telah terdahulu melaksanakan nya dan ulama Salaf dan Khalaf semenjak dari zaman khulafa’urrasidin telah memufakatinya. Semenjak dari zaman Khalifah Umar ibnu khattab Radhiyallahu anhu sampai kepada zaman kita sekarang. Tidak ada satupun dari Imam yang empat yang mujtahid menyelisih atas itu, kecuali apa yang telah di Riwayatkan oleh imam daarul hijrah, imam Malik bin anas Radhiyallahu anhu dengan Qaul nya menambah sampai kepada 36 rakaat
Dan Dalam Riwayat kedua, berhujjah dengan Amal perbuatan penduduk Madinah yang telah diriwayatkan oleh imam Nafi’ beliau berkata : “ Aku jumpai orang-orang melaksanakan shalat di Bulan Ramadhan dengan 39 Rakaat dan di witirkan 3 Rakaat ( Di sebutkan di dalam kitab Syarah Al-muhaddzab).
HADIST YANG DI JADIKAN HUJJAH OLEH MAYORITAS ULAMA
(a) Imam-imam Madzhab berhujjah bahwa Shalat Tarawih 20 rakaat dengan hadist yang telah diriwayatkn oleh imam Al-baihaqi dan lain nya dengan sanad yang jelas lagi shohih,
عن " السائب بن يزيد" رضي الله عنه – الصحابي المشهور- أنه قال :" كانوا يقومون على عهد عمر بن الخطاب – رضي الله عنه – في شهر رمضان بعشرين ركعة " رواه البيهقي في السنن الكبرى
Dari Sa’ib bin Yazid, Rhadiyallahu anhu -Salah satu Sahabt termasyhur- beliau berkata : mereka melaksanakan Shalat Tarawih dizaman Sayyidina Umar ibnu Khattab- Radhiyallahu anhu, di Bulan Ramadhan dengan 20 Rakaat, (Di riwayatkan oleh Imam Al-baihaqi di dalam kitab As-sunan Al-kubra-
(b) Mereka juga berhujjah dengan Hadist yang diriwayatkan oleh imam Malik di dalam kitab Al-muwattha’ dan imam Al-baihaqi , Juga dari yazid bin Ruuman, katanya :
كان الناس يقومون في زمن عمر بن الخطاب رضي الله عنه - بثلاث وعشرين ركعة ". يعني يصلّون التراويح عشرين ركعة ويوترون بثلاث ركعات
Adalah orang-orang di zaman Sayyidina Umar ibnu Khattab Rhadiyallahu anhu, melaksanakan Shalat Tarawih dengan 23 Rakaat, Maksudnya melaksanakan Shalat Tarawih 20 Rakaat dan shalat Witir 3 Rakaat.
(c) Mereka juga berhujjah dengan Apa yang telah di Riwayatkan oleh Imam Hasan
أن عمر – رضي الله عنه – جمع الناس على " أبي بن كعب " فكان يصلي لهم عشرين ركعة ولا يقنت بهم إلا في النصف الثاني ، فإذا كان العشر الأواخر ، من رمضان تخلف " أبي " فصلى في بيته فكانوا يقولون : أبق أبي . ذكر أن قدامة في المغني أنه رواه ابو داود.
Bahwasanya Umar Radhiyallahu anhu. mengumpulkan orang-orang dibelakang Ubay bin Ka’ab lalu beliau mengimami mereka shalat tarawih 20 rakaat. Beliau beserta segenap jamaah tidak melakukan qunut kecuali pada pertengahan ramadhan yang kedua. Apabila sepuluh yang terakhir dari bulan ramadhan telah tiba, maka beliau tidak keluar (ke masjid). Beliau melakukan shalat di rumah sehingga orang-orang pada berkata : “Ubay bin Ka’ab telah melarikan diri”
Imam Qudamah menuturkan di dalam Kitab Al-mugni bahwa Hadist tersebut diriwayatkan oleh Imam Abu Daud
Hal ini Telah di Riwayatkan oleh imam Ibnu Qudamah di Dalam Kitab Al-mugni, Bahwa Kesepakatan atau ijma’ Ulama menetapkan Bilangan Rakaat Shalat tarawih adalah 20 Rakaat, Menjawab dari apa yang telah diriwayatakan oleh Imam Malik -Rahimahullah- dalam Riwayat kedua nya, Bahwa bilangan Rakaat Shalat Tarawih 36 Rakaat.
Kemudian Imam Ibnu Qudamah berkata :
Qiyam di bulan Ramadhan adalah 20 Rakaat , Artinya Shalat Tarawih adalah Perbuatan Sunnah mu’akkad, dan orang pertama yang Melaksanakan nya adalah Baginda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, Dan Shalat Tarawih dinisbatkan kepada Sayyidina Umar ibnu Khattab- Radhiyallahu anhu- Karena Beliau yang mengumpulkan orang Untuk melaksanakan Shalat Tarawih dibelakang satu Imam Yaitu Ubai bin ka’ab, Sehingga beliau shalat bersama mereka, Dan telah diriwayatkan Bahwa suatu ketika Umar ibnu Khattab Keluar di Bulan Ramadhan menuju ke masjid, Tahu-tahu Beliau Jumpai orang Shalat berpencar-pencar, Sehingga Sayyidina Umar berkata, seandainya Aku kumpulkan mereka di belakang satu Imam, Kemudian Umar kumpulkan mereka dibelakang Imam Ubai bin ka’ab, Malam berikut nya Sayyidina Umar keluar menuju ke masjid, dan Beliau Jumpai orang-orang Shalat dibelakang satu Imam -nya, dan sayyidina Umar berkata, “ Sebaik-baik perbuatan Bid’ah adalah ini” (HR Bukhari)
Berkata Ibnu Qudamah ;
Pendapat yang terpilih Adalah pendapat Abu Abdillah (Imam Ahmad ibnu hambal) Rahimahullah. Yaitu 20 Rakaat , dengan Pendapat Ini sesaui dengan pendapat Imam At-stauri, Imam Abu hanifah dan Imam Syaf’i. Namun Imam Malik berkata 36 Rakaat, dan beliau Hubungkan dengan apa yang dilakukan oleh penduduk Madinah, dan Bagi pandangan Kami, Bahwa Sayyidina Umar -Radhiyallahu anhu-, manakala beliau mengumpulkan orang untuk Melaksanakan Shalat di belakang Satu Imam Ubai bin ka’ab, adalah di lakukan dengan 20 Rakaat
Dan ada di Riwayatkan oleh imam Malik dari Yazid bin Ruuman, Beliau berkata, Penduduk madinah melaksanakan Shalat Tarawih di masa Sayyidina Umar adalah dengan 23 Rakaat. Dan ada pula sebuah Riwayat dari Sayyidina Ali -Radhiyallahu anhu- bahwasanya Beliau perintahkan seseorang menjadi Imam Shalat bersama di Bulan Ramadhan dengan 20 Rakaat. Dan Hal ini Posisi nya seperti Ijma’
Kemudian Imam Ibnu qudamah berkata, seandainya telah ditetapkan bahwa Penduduk Madinah dalam Melaksanakan Shalat Tarawih 36 Rakaat , Niscaya apa yang telah di lakukan oleh sayyidina Umar dan disepakati oleh Para sahabat dizaman nya, adalah lebih Utama di dalam Berittiba’.
Berkata sebagian Ulama’ sesungguhnya apa yang di lakukan oleh penduduk Madinah adalah karena mereka berkeinginan sama dengan penduduk mekkah, sebab penduduk Mekkah melaksanakan Tawaf 7 di antara dua beristirahat, sehingga penduduk madinah menjadikan tempat setiap 7 , dengan empat Rakaat. Dan apa yang di lakukan oleh para Sahabat-sahabat Nabi adalah lebih Utama dan lebih berhak diikuti,
Telah diriwayatkan bahwa Sayyidina Ali -Radhiyallahu anhu- melintasi Masjid dan ada lampu-lampu gantung di masjid pada Bulan Ramadhan, kemudian sayyidina Ali berkata “ Semuga Allah memberikan cahaya kepada kuburan Umar sebagaimana dia memberikan cahaya kepada masjid-masjid kami .
Aku berkata (Syekh A-shobuni) :
Pendapat yang Masyhur dalam Madzhab Imam Malik, adalah 20 Rakaat, hal itu dengan Ijma’ para Imam-imam Mujtahid, adalah lebih mengunggulkan 20 Rakaat, Itu di Uraikan di dalam kitab “ Aqrabul masalik Ala Madzhabi Al-imam malik, oleh Syeikh Ad-dardir. Di sebutkan , Shalat Tarawih di dalam Bulan Ramadhan adalah 20 Rakaat dilakukan setelah Shalat Isya’ salam pada setiap 2 Rakaat selain genap dan ganjil. Dan di sunnahkan Khatam di dalam shalat Tarawih, dengan Membaca Al-qur’an pada setiap malam satu juz di bagi-bagi baca’an nya pada 20 rakaat. Dan sunnah dilakukan di dalam Rumah nya jika Masjid Tidak kosong dari melaksanakan Shalat Tarawih secara berjamaah. Namun jika hal itu mengakibatkan Masjid menjadi Kosong , Maka yang lebih utama adalah melaksanakan Shalat tarawih di dalam masjid secara berjemaah.
Dan begitupun juga Imam Syafi’i dan imam Abu Hanifah berpendapat, bahwa Shalat Tarawih adalah 20 Rakaat, karena Ijma’ daripada Sahabat-sahabat Nabi di masa Sayyidina Umar Al-faruq.
Al-imam Ibnu Abul Barr berkata, Ini adalah pendapat yang Shohih, dari Sayyidina Ubai bin ka’ab Bahwa Beliau Melaksanakan Shalat tarawih dengan 20 Rakaat tanpa ada perselisihan diantara para sahabat.
Di dalam Kitab Mukhtashar Al-muzanni, Bahwa imam Syafi’i Rahimahullah berkata : Aku melihat Penduduk Madinah Melaksanakan Shalat Tarawih 36 Rakaat, dan Aku lebih menyukai 20 Rakaat karena Hal itu diriwayatkan oleh Sayyidina Umar -Radhiayallahu anhu- dan Begitupun Juga Di mekkah di laksanakan 20 Rakaat dan di Witirkan dengan 3 Rakaat.
RINGKASAN PENDAPAT ULAMA AHLI FIQH BERKENAAN DENGAN SHALAT TARAWIH
Sebagai Berikut :
Berkata As-syekh Abdul Qadir Isa Diyab, Hafidzahullah dalam Kitab nya “ Al-mizan Al-adil Li tamyizil Haqqi wal bathil” Ulama telah sepakat, Termasuk di antara nya adalah Para imam Madzhab yang empat dan Imam Daud Ad-dzahiri, bahwa Sahalat tarawih di bulan ramadhan adalah 20 Rakaat serta Witir 3 Rakaat , hal ini yang telah di sepakati oleh para Sahabat -Ridwanullahi alaihim, mereka bersepakat atas apa yang telah di gagas oleh Sayyidina Umar dengan Ijtihad nya.
Adapun Dalil -dalil nya adalah sebagai berikut :
1. Dalil pertama adalah yang telah di riwayatkan oleh Muhammad bin Nashir, Al-maruzi dari zaid bin wahab katanya:
ما رواه محمد بن نصر المروزي عن زيد بن وهب قال: " كان عبد الله بن مسعود يصلي لنا في شهر رمضان فينصرف وعليه ليل" قال الاعمش : كان يصلي عشرين ركعة ويوتر بثلاث " ذكره العيني في شرحه صحيح البخاري
Dahulu Abdullah Bin Mas'ud melakukan Shalat bersama kami pada bulan Ramadhan, kemudian beliau pulang sedangkan malam masih tersisa", Al-A'masy berkata: "Beliau telah melakukan Shalat 20 rakaat serta 3 rakaat witir". (Di sebutkan oleh Al-aini dalam Syarah Shahih bukhori)
2. Dalil kedua adalah yang telah di riwayatkan oleh Imam Malik dalam Kitab Muwat-tha’ dari Yazid bin Ruuman. Katanya :
ما أخرجه مالك في الموطأ عن يزيد بن رومان قال " كان الناس في زمن عمر يقومون في رمضان بثلاث وعشرين ركعة ".
Adalah orang-orang pada zaman Sayyidina Umar bin Khattab melaksanakan Shalat di Bulan Ramadhan dengan 23 Rakaat .
3. Dalil ketiga Di riwayatkan oleh Imam Al-baihaqi dan lain nya dengan sanad Yang Shahih.
ما رواه البيهقي وغيره بإسنادٍ صحيح عن السائب بن يزيد الصحابي قال :" كانوا يقومون على عهد عمر بن الخطاب رضي الله عنه في شهر رمضان بعشرين ركعة وكانوا يقومون بالمئين وكانوا يتوكؤون على عصيهم في عهد عثمان من شدة القيام " صححه النووي في المجموع والعيني في شرح صحيح البخاري والسبكي في شرح المنهاج والعراقي في شرح التقريب والقسطلاني في شرح البخاري والكمال بن الهمام في شرح الهداية
Dari Sayyidina Saib Bin Yazid r.a. beliau berkata: "Dahulu pada masa Umar Bin Khattab r.a. orang-orang melakukan Qiyamullail pada Bulan Ramadhan 20 rakaat dengan membaca 200 ayat, sedangkan pada masa Utsman r.a. mereka bersender pada tongkat karena lamanya berdiri". ( Di shohihkan oleh Imam Nawawi dalam Kitab Al-majmu’ dan Al-aini dalam Syarah Shohih Bukhori, begitu juga As-subuki dalam syarah Al-minhaj, dan Al-iraqi dalam Syarah At-taqrib, Al-asqolani dalam Syarah Bukhari, Al-kamal bin Al-hamam dalam Syarah Al-hidayah)
4. dalil Ke empat : Adalah pendapat imam Hanafi, Imam Syafi’i dan Imam Hambali, Bahwa Shalat Tarawih adalah 20 Rakaat dengan sepuluh salam, mereka mengambil pendapat ini dari apa yang telah di Sohihkan oleh Para sahabat, bahwa sesungguhnya Para Sahabat melaksanakan Shalat Tarawih di masa Umar, Usman dan Ali dengan 20 Rakaat, Berkata Al-aini, dalam Syarah Shohih Bukhori, serta itu di jadikan sebagai Hujjah oleh sahabat-sahabat Kami dari kalangan Madzhab Hanafi, Syafi’i dan Hambali, dengan Apa yang telah di riwayatkan Oleh Imam Al-baihaqi, dengan sanad yang shohih, dari As-sa’ib bin yazid, seorang Sohabi, katanya : dahulu pada masa Umar Radhiyallahu anhu, orang-orang melaksanakan Shalat qiyamullail dengan 20 Rakaat dan begitu juga di masa usman dan Ali, Radhiyallahu anhum. (Umdatul Qari Oleh Al-aini Juz 5 Halaman 357)
Berkata Ibnu Al-hammam Al-hanafi , 20 Rakaat di tetapkan pada masa Sayyidina Umar ibnu Khattab, dan yang Masyhur di dalam Madzhab imam Malik, adalah 20 Rakaat, sebagaimana di tuturkan oleh Syaiekh Ad-dar diri, dalam kitab “ Aqrabul masalik ala Madzhabi Al-imam Malik.
Dan dalam kitab Al-muwat-tha’ dari Yazid bin ruuman katanya. Dahulu pada masa Omar ibnu Khattab orang-orang melaksanakan Shalat Qiyamullail dengan 23 Rakaat.
Dan Di riwayatkan Oleh Imam Al-baihaqi dalam kitab “Al-ma’rifah” dari As-sa’ib bin yazid katanya, Kami melaksanakan Qiyamullail pada Masa Omar Ibnu Khattab -Radhiyallahu anhu-20 Rakaat dan di tambah dengan shalat Witir. Berkata Imam Nawawi dalam kitab Al-khulasoh- sanad nya adalah Shohih.
Berkata Al-khotib As-sarbini As-syafi’i dalam Kitab Syarah Al-minhaj, Halaman 226. Shalat Tarawih dalah 20 rakaat dengan sepuluh salam, di laksanakan di setiap malam di bulan Ramadhan, sebagaimana yang telah di riwayatkan oleh imam Al-naihaqi, dengan Sanad yang shohih, Bahwa orang-orang melaksanakan Shalat Qiyamullail, pada Masa Umar ibnu Khattab Radhiyallahu anhu, di bulan ramadhan dengan 20 Rakaat.
Pendapat yang Masyhur di dalam Madzhab Imam Malik, Bahwasanya Shalat Tarawih adalah 20 Rakaat, dan di jelaskan Bahwa Imam Malik mempunyai dua Riwayatm dan Riwayat yang paling Shohih adalah Shalat tarawih 20 Rakaat.
PENDAPAT YANG TAK BOLEH DI JADIKAN HUJJAH
Di sana ada pendapat yang dho’if. Yang tidak bisa di jadikan sebagai Hujjah, bahwa Bilangan Rakaat Shalat Tarawih adalah 8 Rakaat, mereka berdalil dengan Dalil-dalil berikut ini.
1. Di keluarkan oleh Imam Ibnu Hibban dan Ibnu Khuzaimah, dalam Kitab shohih nya, dari Sayyidina Jabir.
أنه صلى الله عليه وسلم صلى بهم ثمان ركعات الوتر ثم انتظروه في القابلة يخرج إليهم
Sesungguhnya Rasulullah SAW melakukan Shalat Taraweh bersama para Sahabat sebanyak delapan Raka’at kemudian Shalat Witir, kemudian mereka menunggu Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam keluar di malam berikutnya”.
Namun dalam sanad nya terdapat Isa bin Jaariyah, Ibnu Mu;in mengomentari bahwa dia terdapat banyak kemungkaran, dan Imam Daud juga berkomentar tentang nya, “ Hadist Yang Mungkar” Ibnu ‘adi juga berkomentar tentang nya “ Bahwa Hadist nya tidak terpelihara” dan begitu pun juga, As-saji dan Al-uqoiliy menyebutkan di dalam kitab “ Ad-du’afa”
Cek dalam Kitab At-tahdzib oleh Ibnu Hajar, Juz 8 hal 207, di dalam nya terdapat Ya’qub bin Abdullah Al-qummi, Berkata Ad-daraqudni, dia adalah orang yang tidak kuat ingatan nya”
2. Adalah Hadist yang telah di riwayatkan oleh Bukhori dan muslim dari Sayyidatina Aisyah Radhiyallahu anha, Katanya,
ما كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يزيد في رمضان ولا في غيره على احدى عشر ركعة " وقالوا : هذه الأحدى عشر ركعة هي ثمان للتراويح وثلاث للوتر
Baginda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, tidak menambahkan shalat di dalam Bulan Ramadhan maupun di luar Bulan Ramadhan melebihi dari 11 Rakaat, mereka berkata, 11 Rakaat ini adalah 8 Rakaat shalat tarawih dan 3 Rakaat shalat witir.
BANTAHAN PARA ULAMA TERHADAP DALIL DI ATAS SEBAGAI BERIKUT .
Hadist pertama yang di Riwayatkan oleh ibnu Hibban, dan Ibnu Khuzaimah, dari Jabir bin Abdullah, adalah sangat Dha’if. oleh itu tidak Boleh di Jadikan sebagai Hujjah, oleh Karena nya Imam As-sha’ani berkata, mengutip dari imam Az-zarkasi dalam Kitab Al-khadim. “ bahkan yang di tetapkan dalam pendapat yang shohih adalah melaksanakan Shalat tanpa menuturkan Bilangan Banyak rakaat nya. (Subulussalam juz 2 hal 10)
Adapun Hadist yang kedua Yang telah di Riwayatkan oleh Sayyidatuna Aisyah Radhiyallahu anha, Juga tidak dapat dijadikan hujjah dengan alasan berikut :
1. Adalah Ucapan beliau bahwa Baginda Nabi tidak pernah lebih Dari 11 Rakaat di dalam Bulan Ramadhan maupun di Luar Bulan Ramadhan, yang di maksud adalah Shalat Witir dan Bukan Shalat Tarawih. Karena Baginda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam meskipun beliau shalat Witir 3 Rakaat akan tetapi tidak sesuai dengan kedudukan atau maqam nya Nabi, yang Sesuai adalah lebih banyak dari itu, dan Beliau yang yang mencegah Ummat nya untuk melaksanakan Shalat witir 3 Rakaat. Sebagaimana Yang telah di riwayatkan oleh Abu hurairah Radhiyallahu anhu, Bahwasanya Baginda Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda :
لا توتروا بثلاث، أوتروا بخمس أو سبع " الحديث " رواه الدار قطني باسناده
Janganlah engaku Berwitir dengan 3 Rakaat, melainkan Berwitirlah dengan 5 atau 7 Rakaat, (HR, Ad-daraqudni dengan sanad nya).
Semua Perawinya dianggap Tsiqqah, lantas bagaimana Baginda Nabi shallallau alaihi wa sallam senantiasa Shalat witir 3 Rakaat, atau kebanyakan nya 3 rakaat, sementara beliau sendiri yang mencegah Kaum muslimin shalat Witir 3 Rakaat ? Ini sangat Jauh dari kesempurna’an dan kecintaan nya Baginda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam Kepada perbuatan Ibadah.
Berkata Imam At-turmudzi, Telah diriwayatkan Dari baginda nabi Shallahu alaihi wa sallam. Bahwa Shalat witir adalah dengan 13, atau 11, atau 9, atau 7, atau 5, atau 3 , dan atau satu Rakaat. Jika witirnya Baginda nabi Shallallahu alaihi wa sallam di Luar Bulan Ramadhan adalah 13 Rakaat, atau 11 Rakaat, atau 9, atau 7, atau 5 Rakaat, apa ada kelayakan beliau melaksanakan Shalat Witir di Buan Ramadhan dengan 3 Rakaat saja? Hal seperti itu tentu Jauh, Hal ini Menguatkan bahwa Pernyataan Sayyidatuna Aisyah Radhiyallahu anha, dengan 11 Rakaat, Yag di maksud adalah Shalat Witir.
2. Riwayat Sayyidatuna Aisyah Radhiyallahu anha adalah berbeda-beda, Ada Riwayat yang menjelaskan bahwa baginda Nabi tidak menambahkan Shalat 11 rakaat di bulan ramadhan maupun di luar Bulan Ramadhan.
Ada juga sebuah Riwayat yang di Keluarkan oleh imam Bukhori dan Muslim, bahwa Baginda Nabi melaksanakan shalat malam 10 Rakaat dan dengan satu kali witir.
Dalam sebuah Riwayat lagi, bahwa Baginda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam Shalat 13 Rakaat, kemudian ketika mendengar Nida’ beliau Shalat ringan dengan dua rakaat, jika di tambah maka jadinya 15 Rakaat.
Berkata Pengarang Kitab Subulussalam “ Ketahuilah sesungguhnya Riwayat Yang datang dari Siti Aisyah Radhiyallahu anha adalah berbeda-beda bilangan nya, dalam tata cara Shalat nya baginda Nabi shallallahu alaihi wa sallam di waktu malam, ada Riwayat yang menyatakan 7 Rakaat, ada yang menyatakan 9 dan 11 rakaat selain shalat sunnah fajar, dan Riwayat-riwayat tersebut telah di sebutkan sebelum ini.
Hal ini menguatkan bahwa Shalat malam Yang di Riwayatkan oleh sayyidatuna Aisyah radhiyallahu anha adalah Shalat Witir Nabi, Bukan Shalat Tarawih, oleh karena nya Imam Al-hafidz Ibnu Hajar Al-asqalani menuturkan Riwayat Sayyidatuna Aisyah Radhiyallahu anha tersebut, di dalam kitab Bulughul maram, diletakkan di antara hadist-hadist yang menjelaskan perihal Shalat Witir, karena Hal itu adalah berkaitan.
oleh karena nya, Perkataan Imam Turmudzi di muhmalkan, telah diriwayatkan dari baginda nabi shallallahu alaihi wa sallam, Witir adaalh dengan 13 Rakaat, atau 11, 9, 7, 5, 3 dan 1 Rakaat.
3. Jika di katakan bahwa riwayat Sayyidatuna Aisyah Radhiyallahu anha adalah berkaitan dengan shalat tarawih dan shalat witir, Niscaya bilangan Periwayatan tersebut serta berbeda-bedanya memaksakan kepada sebuah kesimpulan. Bahwa Hadist tersebut tidaklah konsisten, Jika tidak Konsisten maka menjadi sebagai hadist yang dhaif serta tidak bisa dijadikan sebagai hujjah.
4. Jika Riwayat Sayyidatuna Aisyah rhadiyallahu anha berkaitan dengan Shalat tarawih dan shalat witir, maka kami fahami bahwa Shalat Tarawih hanya di tetapkan 8 rakaat saja, dan ikhtilaf nya hanya pada shalat witir, hal ini bertentangan dengan pemahaman Para sahabat, dan bertentangan dengan amal nya para sahabat, padahal telah ditetapkan dengan Shohih bahwa Para sahabat melaksanakan shalat 20 Rakaat pada Masa Umar ibnu khattab, Ustman dan Ali Radhiyallahu anhum, dan selebihnya adalah amal nya penduduk mekkah yaitu 20 Rakaat dan itu berlaku sampai kepada Masa Imam Malik dan imam Syafi’i Rahimahumallah.
Maka tidak masuk Akal baginda Nabi Shalat Tarawih 8 Rakaat kemudian memberi tahukan kepada para sahabat, lantas kemudian Para sahabat ijma’ dengan menyelisih Shalat nya Baginda nabi, dengan melaksanakan Shalat 20 rakaat.
Dan Juga tidak masuk akal Bahwa pengetahuan Sayyidatuna Aisyah radhiyallahu anha atas shalat tarawih baginda Nabi 8 rakaat kemudian beliau diam atas penyimpangan Para sahabat dari Shalat tarawih nya Baginda Nabi. Dengan melakukan shalat tarawih 20 rakaat. Dengan Ini mengukuhkan bahwa periwayatan Sayyidatuna Aisyah adalah berkaitan dengan Shalat Witir, dan bukan Shalat Tarawih, dan itu menunjukkan kesalahan dari pemahaman orang yang menyelisih dari pendapat di atas.
KESIMPULAN :
Shalat Tarawih adalah shalat qiyamullail yang di laksanakan di Bulan Ramadhan dan itu merupakan perbuatan sunnah, sebab Yang melaksanakan Pertama Kali adalah Sayyidina Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam.
Telah di keluarkan oleh imam Abu daud dari sayyidatuna Aisyah radhiyallahu anha :
Pada suatu malam Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melaksanakan shalat di masjid, maka orang-orang mengikuti shalat Beliau. Pada malam berikutnya Beliau kembali melaksanakan shalat di masjid dan orang-orang yang mengikuti bertambah banyak. Pada malam ketiga orang-orang banyak sudah berkumpul namun Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak keluar untuk shalat bersama mereka. Ketika pagi harinya, Beliau bersabda: "Sungguh aku mengetahui apa yang kalian lakukan tadi malam dan tidak ada yang menghalangi aku untuk keluar shalat bersama kalian. Hanya saja aku khawatir nanti diwajibkan atas kalian.
Dan Hal itu berlanjut melaksanakan Shalat di bulan ramadhan dengan sendiri-sendiri, Atau sebagian dari mereka shalat dengan sebagian yang lain, Tanpa di tetapkan dengan Bilangan tertentu, sehingga berlalu sampai kepada Masa ke khalifaan Sayyidina Umar Bin Khattab radhiyallahu anhu, kemudian beliau mengumpulkan menjadi satu di belakang Imam Ubai bin ka’ab.
Imam Al-bukhori meriwayatkan dari Abdurrahamn Al-qari, Bahwasanya Sayyidina Umar ibnu Khattab suatu ketika keluar mengelilingi masjid di Bulan ramadhan, sedang orang -orang yang ada di dalam masjid berpencar-pencar, masing-masing shalat sendiri-sendiri, ada sebagian shalat di imami oleh sebagian yang lain, Akhirnya Sayyidina Umar Ibnu Khattab berkata, pendapatku jika Aku kumpulkan mereka di belakang satu imam, niscaya itu lebih Utama, kemudian beliau berkeinginan Untuk mengumpulkan mereka di belakang Imam Ubai bin Ka’ab. Malam Berikutnya saya keluar menuju Masjid dan Orang-orang Melekasanakn shalat di belakang satu Imam, Sayyidina Umar berkata “ Sebaik-baik perbuatan Bid’ah itu adalah ini.
Yang Di sunnahkan adalah Shalat 20 rakaat secara berjemaah di dalam Masjid, sebab Para Sahabat melaksanakan nya 20 rakaat, Di ujungnya adalah tiga Khalifah daripada Khulafa’urrasidin, dan baginda nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda “
عليكم بسنتي وسنة الخلفاء الراشدين من بعدي..." رواه مسلم
Berpegang teguhlah Kalian dengan sunnah-sunnah ku serta sunnah-sunnah Khulafa’urrasidin setelah ku, (HR Muslim)
Karena Mereka melaksanakan Shalat berdasarkan Pendapat Sayyidina Umar dan di sepakati oleh Para sahabat, sedangkan Baginda nabi bersabda :
اقتدوا باللذين من بعدي أبي بكر وعمر "رواه احمد والترمذي وابن ماجه عن حذيفة
Ikutilah orang-orang sepeninggalanku, Yaitu Abu bakar dan Umar, (HR Ahmad dan turmudzi, ibnu majah saerta Khudzaifah)
Dan Baginda nabi pernah bersabda :
إن الله جعل الحق على لسان عمر وقلبه " رواه احمد والترمذي وابن ماجه وقال الترمذي حسن صحيح وفي المستدرك وصححه
sesungguhnya Allah Jadikan kebenaran itu di atas Lidah dan Hati nya Umar, ( HR Ahmad, turmudzi, ibnu majah, dan Imam turmudzi berkata “ Hadist Hasan Shohih, di dalam Kitab Al-mustadrak juga di nilai sebagai Hadist Yang Shohih.
Dan Karena perkara yang bersesuaian dengan Para sahabat, itu adalah di namakan Ijma’ seerta Ijma; merupakan sumber ketiga setelah Al-kitab Al-qur’an dan hadist , daripada Sumber-sumber syariat Islam, dan berpegang teguh kepada Pendapat Sayyidina Umar, sementara Sahabat Itu _Semuga Allah meridhai mereka- adalah berpegang teguh kepada Sunnah Baginda nabi Shallallahu alaihi wa sallam.
Dari Penjelasan yang telah di huraikan, Menjadi jelas Bahwa orang yang berkata bahwa Shalat tarawih adalah 8 rakaat saja tidak bersandarkan kepada Dalil yang Sohih, serta ia menyelisih dari apa yang telah di lakukan Para Sahabat, Mulai dari Zaman Sayyidina Umar, Sayyidina Ustman dan Sayyidina Ali, serta menyelisih dari dari Mayoritas Ulama-ulama Fiqh, Yang terdahulu maupun yang sekarang, oleh yang demikian , Berkata Pengarang Kitab Fiqhussunnah, pada juz 2 Hal 54.
Telah dianggap Sohih bahwa orang-orang Dahulu melaksanakan Shalat Tarawih pada Masa Sayyidina Umar , Ustman dan Ali, Radhiyallahu anhum- 20 Rakaat, dan ini adalah pandangan Mayoritas Ulama Fiqh, dari kalangan Hanafi, Syafi’i. Hambali, dan Daud Ad-dhahiri.
Berkata Imam Turmudzi, dan kebanyakan Ulama’ atas apa yang di riwayatkan dari Sayyidina Umar, dan sayyidina Ali serta yang lain nya, daripada Sahabat-sahabat Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, bahwa 20 rakaat bilangan Rakaat shalat Tarawih, dan itu juga pandangan dari Imam At-stauri, ibnu Mubarak, Imam Syafi’i, dan Imam Syafi’i berkata “ Seperti ini yang aku jumpai di mekkah , mereka shalat dengan 20 Rakaat, dan mereka adaalh sebaik-baiknya generasi, mereka adalah Salafussoleh, dan penunjuk kepada kebaikan, Maka Baik lah apa yang jadi pilihan mereka, serta petunjuk dalam mengikuti Manhaj mereka.
PENDAPAT PARA ULAMA TENTANG SHALAT TARAWIH :
Di sebutkan di dalam kitab Al-huda Annabawi As-shohih, Oleh Syeikh As-shobuni.
Berkata Al-imam At-turmudzi dalam kitab Jami’nya yang bernama “ Sunan At-turmudzi” dan Kebanyakan Ulama’ atas apa yang di riwayatkan dari Sayyidina Umar, dan sayyidina Ali serta yang lain nya, daripada Sahabat-sahabat Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, bahwa 20 rakaat bilangan Rakaat shalat Tarawih, dan itu juga pandangan dari Imam At-stauri, ibnu Mubarak, Imam Syafi’i, dan Imam Syafi’i berkata “ Seperti ini yang aku jumpai di mekkah , mereka shalat dengan 20 Rakaat.
Berkata Ibnu Rusd dalam kitab Bidayatul Mujtahid : “ imam Malik memilih dalam salah satu pendapat nya, serta Imam Abu hanifah, dan Imam Syafi’i, bahwa shalat Tarawih dengan 20 Rakaat selain Shalat Witir.
Berkata Imam Nawawi di dalam kita Al-majmu’ : Madzhab Kami adalah Shalat Tarawih 20 Rakaat dengan sepuluh salaman, selain shalat Witir, dan hal itu adalah lima istirahatan, dan Tawihah dengan empat rakaat dengan dua salam.
Dengan ini Imam Abu hanifah dan sahabat-sahabat nya, Imam Ahmad, imam Daud dan lain nya berpendapat, serta Imam Al-qadhi menukil dari Mayoritas Ulama’ dan berkata Imam Malik “ Tarawih dalam dengan 9 istirahatan dan itu 36 enam Rakaat selain Shalat Witir.
Berkata Imam Ibnu Taimiyah dalam kitab nya Al-fatawa “ telah di tetapkan bahwa Ubai bin ka’ab memimpin shalat Tarawih dengan 20 Rakaat di bulan Ramadhan, dan di witirkan dengan tiga rakaat, Dengan demikian Kebanyakan Ulama berpendapat bahwa Hal tersebut adalah bagian dari sunnah, sebab itu di laksanakan diantara Kaum muhajirin dan Anshar, dan mereka tidak menginkari atas itu.
Di dalam kitab Al-fatawa “An-najdiyah” Bahwa Syeikh Abdullah bin Muhammad bin Abdul Wahhab, menuturkan jawaban seputar bilangan Rakaat Shalat Tarawih, bahwa Sayyidina Umar- Rhadiyallahu anhu- ketika beliau mengumpulkan orang-orang di belakang Ubai bin ka’ab shalat nya adalah 20 Rakaat.
Ini adalah pendapat terbanyak daripada imam-imam Ulama Kaum muslimin, baik yang terdahulu maupun yang sekarang, menetapkan yang tak di hinggapi Oleh keraguan, bahwa apa yang di laksanakan oleh kaum muslimin pada zaman sekarang dari Shalat Tarawih 20 Rakaat, adalah Yang benar, yang tidak dapat di ragukan kebenaran nya, itu yang telah di kukuhkan oleh amal Para Sahabat - Ridwanullahi alaihim- serta dengan kesepakatan Ijma’ Imam-imam mujtahid, daripada imam-imam Madzhab yang empat. Yang di puncak nya adalah petunjuk, dan Cahaya Keilmuan. pada setiap zaman dan masa, dan itu yang di perintahkan oleh Sayyidina Umar Ibnu Khattab -Radhiyallahu anhu- yang Allah telah menjadikan kebenaran atas lisan dan Hatinya, sebagaimana Yang telah di sohihkan di dalam Hadist yang Mulia.
Apa yang dilakukan Kaum Muslimin sekrang di Kota Mekkah dan Madinah, dalam melaksanakan Shalat Tarawih dengan 20 rakaat sebagai Bukti dalil yang kuat, atas berpegang teguhnya mereka terhadap Sunnah yang telah di sepakati oleh Ummat, semenjak Zaman Para sahabat Ridwanullahi Alaihim.
Dan merupakan petunjuk Baginda Nabi Muhammad shallahu alaihi wa sallam, di Bulan Ramadhan” Memperbanyak jenis-jenis perbuatan Ibadah, memperbanyak bersedekah dan kebaikan, membaca Al-qur’an, membaca Shalawat, serta dzikir dan Beri’tikaf.
Adalah Baginda Shallallahu alaihi wa sallam, mendorong untuk menghidupkan malam di bulan ramadhan. Telah di keluarkan oleh imam Bukhari dan Imam Muslim, dari Abu hurairah Radhiyallahu anhu dari Baginda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam beliau bersabda “ Barangsiapa yang menunaikan Qiyamullail di bulan Ramadan dengan keimana dan keikhlasan, niscaya di ampuni Dosa-dosanya yang telah lalu.
Di keluarkan oleh imam An-nasa’i dari Abu Hurairah, Radhiyallahu anhu bahwasanya Baginda nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda “ Sesungguhnya Allah telah mewajibkan Puasa Bulan Ramadhan dan Di sunnahkan kepada kalian untuk melaksanakan Shalat di malam Bulan ramadhan, Barangsiapa yang berpuasa dan qiyamullail, dengan keimanan dan keikhlasan, maka Dosa-dosa nya keluar sebagaimana hari di mana ia di lahirkan oleh ibu nya.
Berkata Para Ulama’
Yang di maksud dengan Qiyam, adalah Shalat Tarawih yang di laksanakan di malam nya, di namakan shalat tarawih karena para salaf beristirahat pada setiap dua salam. Dan shalat tarawih itu adalah sunnah Mu’akkadah, yang telah di sunnahkan oleh Baginda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, dan bukan merupakan perkara baru yang di buat oleh Amirul mukminin Sayyidina Umar Ibnu Khattab.
Di dalam Kitab Shohih Bukhori dan Muslim, dari Hadist Sayyidatuna Aisyah Radhiyallahu anha bahwasanya Baginda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, melaksanakaan shalat dengan Para sahabat nya 3 kali, kemudian beliau meninggalkan nya karena khawatir akan diwajibkan, dan itu berterusan di lakukan oleh para sahabat tanpa dengan berjemaah, sampai kepada Masa Khalifah Umar ibnu khattab, Radhiyallahu anhu, manakala Sayyidina Umar melihat orang melaksanakan shalat Tarawih secara berpencar-pencar maka Sayyidina Umar mengumpulkan nya di belakang seorang imam yaitu Ubai bin Ka’ab , kemudian di ikuti oleh para sahabat-sahabat setelah nya.
Berkata As-sa’ib bin yazid. Manakala Sayyidina Umar Radhiyallahu anhu mengumpulkan nya di belakang satu imam Ubai bin ka’ab , maka ubai bin ka’ab melaksanakan Shalat tarawih nya dengan 20 rakaat kemudian imam mewitirkan dengan tiga Rakaat setelahnya.
Imam Malik telah mengelurkan Riwayat di dalam Kitab Al-Muwattha’ dari Yazid bin Ruuman, katanya: orang-orang dahulu melaksanakan Shalat Tarawih pada masa Sayyidina Umar ibnu khattab Radhiyallahu anhu dengan 23 rakaat
Dan Abu bakar bin abdul Aziz dalam kitab nya As-syafi, dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma, Bahwa Baginda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam melakukan shalat di bulan ramadhan dengan 20 Rakaat.
Dan amal-amal tersebut tetap di laksanakan di sepanjang masa dan zaman, bahwa Shalat Tarawih adalah 20 Rakaat, salam pada setiap dua rakaat, berniat pada mula melaksanakan Shalat, berniat melaksanakan shalat tarawih yang di sunnahkan, atau berniat Shalat qiyam Ramadhan.
Dan Di laksanakan secara berjemaah adalah lebih Utama : Berkata Al-imam Ahamad, Adalah Sayyidina Ali dan sayyidina Jabir, serta sayyidina Abdullah Radhiyallahu anhum melaksanakan Shalat Tarawih secara berjemaah.
Dan Akhir dari Doa Kami adalah Walhamdulillah Rabbil Alamin, Wa Shallallahu wa ta’ala wa sallama Ala sayyidina Muhammad Wa ‘ala aalihi wa sohbihi Ajmain.
Dan ini perkiraan yang telah terkenal pada masa keberadaan para sahabat Radhiyallahu anhum secara Ijma’. Namun tidak apa-apa menambahi diatas 20 rakaat, merujuk kepada nash Abdullah bin imam Ahmad berkata, Aku melihat Ayah ku shalat di bulan Ramadhan dengan bilangan rakaat yang tak terhitung, dan Abdurrahman bin aswad melaksanakan shalat di malam bulan Ramadhan dengan 40 rakaat dan mewitirkan dengan 9 rakaat
Imam Ahmad meriwayatkan serta di Sohihkan oleh Imam At-turmudzi “ Barangsiapa yang melaksanakan shalat bersama Imam sampai selesai niscaya di catat sebagai orang yang Qiyamullail, dan di makruhkan melaksanakan shalat sunnah yang lain di antara Shalat tarawih. Dan itu dikatakan di dalam Kitab Syarah Al-kabir, denagn nash nya, dan juga di katakan oleh tiga daripada Sahabat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, yaitu Ubadah, Abi darda’ dan uqbah bin ‘amir.
جمع : طالب الدعاء
السيد : عمر بن سميط
Diterjemahkan oleh : Abbas R Mawardi